Wednesday, December 3, 2014

ITQON

"mbak, sibuk ga? mau tanya-tanya" kataku saat chat dengan seorang teman


"ga terlalu. gmn?" jawabnya


"kerjaanmu ngapain aja sih? Kok kayaknya sibuk terus? Sering bosen ga?"

"sebenarnya judul tugasku itu cuman : petugas administrasi n keuangan saja. tapi, pada kenyataannya ..."<skip> <skip> <skip> dan ia pun mendiskripsikan detail kegiatannya di kantor yang seabrek tidak sesuai dengan SOP yang sebenarnya.

"tp kamu merasa menemukan passionmu di situ? Di pekerjaan2 spt itu?"

"awal2nya nggak...rasanya udah mau keluar2 ajabosen <skip> <skip> <skip>  sampai aku ingat kembali alasan aku bergabung di yayasan ini yaitu agar hidupku ada gunanya di dunia ini plus aku dapat materi ttg ITQON"

"ITQON apaan?"

Thursday, October 30, 2014

Untukmu Teman


It's about your friends
Sometimes they make you smile
support you
but sometimes they make you cry
make you angry
make you annoyed
or may be (you feel) they betrayed you

Sedih rasanya melihat seorang teman berakhir musuhan dengan sahabatnya karena orang baru yang masuk.
Pernah ga kamu lihat teman kita menjauhi sahabat-sabahatnya karena lelaki yang baru-baru saja memasuki hatinya dan mewarnai hidupnya.
Warna yang diberikan lelaki itu menutup sebagian besar warna yang pernah diberikan sahabat-sabahatnya.
Tau ga, gimana perasaan seorang sahabat yang selalu memikirkanmu, berusaha untuk selalu men-support-mu, berusaha memahamimu, berusaha membantumu setiap saat setiap waktu ternyata harus menerima pernyataan pahit dengan pernyataan "musuhmu adalah temanmu" karena ternyata usahanya itu tidak sejalan dengan maksudmu.

Bukan, bukan. Itu bukan kisahku. Tapi itu aku kulihat di beberapa temanku. Melihatnya saja rasanya sedih banget. Rasanya ikut sakit hati. Memang sih, kadang (mungkin sering) teman kita membuat kita sebal, dan mungkin yang dia lakukan tidak sejalan dengan maksud kita sehingga ketidakselarasan tujuan tidak tercapai #apasih. Maksudnya, mungkin maksud teman baik kita jadi nampak suatu hal yang buruk menurut kita. Atau ketika dia sedang tidak dalam kondisi psikologis yang baik, tanpa ia sadari ia melakukan hal-hal yang menyakiti teman yang lain.

Ya aku pernah merasakan itu, tapi setelah kucermati, bisa jadi hal buruk yang dilakukan teman kita entah sadar atau tidak kita juga melakukannya. Seiring bertambahnya umur- #uhuk- membuatku semakin berhati-hati menghakimi orang karena ya itu, bisa jadi tanpa kita sadari kita juga menyakiti orang lain dengan cara yang sama, melakukan hal-hal buruk yang dulu kita hina, dan berperilaku seperti orang-orang yang dulu kita cerca.

Monday, October 13, 2014

That's Why You Need Quality Assurance

hohooooo and then I found the answer from Quora but sorry I forget from whom :D

  1. They are not afraid of destructive testing. Developers subconsciously avoid negative scenario testing. If you use an application a specific way, you'll hear them exclaim: "You're not supposed to do that!"
  2. They find hidden defects. Developers in high stress situations may often not reveal low-probability error scenarios, thinking "I'll fix this next time. No one will notice it anyway."
  3. They have greater discipline for defect tracking, prioritization and reporting. Developers are generally averse to documentation, though there are always a lot of exceptions. They tend to hold a lot of defect information in their head. "Oh I already know that one. Johnny and I discussed it and we figured we'll fix it in the patch next month." "Is it being tracked?" "Its already fixed in the branch. So its not a problem."
  4. They don't tire of regression - it's their job. Developers are bored of regression testing. If they are sure a change won't impact a related function logically, they don't test it. Its pointless and boring. QA staff does not take such risks and defects do emerge - we are human after all and cannot think of every scenario.
  5. A dedicated, restricted QA environment enforces deployment discipline, so you have fewer surprises during go-live. Developers have a tendency to tinker with code and databases ad-hoc on every environment they have control over.
  6. Products usually start with great design and usability, but then reality creeps in as some features are too complex, others are just not feasible as designed, competing products introduce a hot new feature, or somebody just got a killer feature idea. Both product managers and developers are up to their ears with minute decisions and changes every day and it is easy to lose sight of the overall experience. QA plays a vital role as a check point to ensure the product remains usable through all this.
  7. There is specialized QA staff for performance testing, vulnerability testing, accessibility testing, etc. and they are much more effective and efficient at these than developers.
  8. Product managers and end-users are not as effective as dedicated QA staff. They have their own day jobs.
lol, I think who worked in this enviroment really understand >_<


Sunday, October 12, 2014

Today's Lyrics - Cantik cantik

Beberapa hari lalu pas streaming radio ada lagu lucu, tapi ga tahu judulnya, apalagi penyanyinya. lucu gimana? ya pokok'e lucu #caseClose

Nah, tadi pas buka youtube ada thumbnail video yang (kayaknya) lucu dan ternyata merupakan video dari lagu lucu yang beberapa hari lalu kudengar *nah loh pie kui bahasane -_-

Penyanyinya Meghan Trainor yang beberapa waktu ini lagu-lagunya nge-hits di youtube. Lagu yang kudengar di radio itu judulnya All About That Bass--aransemennya menurutku lucu--yang berisi pesan kepada para wanita (dan penyanyinya sendiri) bahwa berat badan yang selama ini jadi 'masalah' bagi beberapa wanita sebenarnya bukan masalah. Pesan moralnya menurutku cukup dalem mengingat tren wanita berlomba-lomba untuk tampil cantik dengan definisi tinggi semampai, ramping, dan putih. Ngomong-ngomong tinggi, ramping, putih mah bukannya ciri-ciri mbak kunti yak *krik krik.

Tak jarang untuk bisa tampil cantik, seorang wanita harus merogoh kantong dalam-dalam. Bahkan ada yang pakai berbagai shortcut seperti oprasi plastik misalnya.

Habis buka youtube trus pas buka facebook *uripku kok koyone mung fb karo yutupan tok sih -__-
Nah, ada temen share ini
:: Jangan Puji Anak Perempuan Cantik ::
Ada sebuah kisah menarik yang dituangkan Lisa Bloom, pengarang ‘Think: Straight Talk for Women to Stay Smart in a Dumbed-Down World’. Menurutnya, anak perempuan sekarang bertumbuh dengan keinginan besar untuk tampil cantik, daripada tampil pintar. Mereka lebih khawatir kalau mereka tampak gemuk dan jelek.
Dalam bukunya, ia menunjukkan bahwa 15-18% anak perempuan di bawah dua belas tahun saat ini sudah memakai maskara, eyeliner dan lipstik. Kepercayaan diri anak perempuan menurun kalau tidak merasa cantik. Hampir 25% remaja perempuan akan merasa bangga menang America's Next Top Model daripada memikirkan untuk memenangi Nobel.

Sunday, September 28, 2014

Melu Payu RUU Pilkada

ASSALAMU'ALAYKUM WARAHMATULLAH WABARAKATUH

Kemarin rekan kerja ngomel-ngomel tentang RUU Pilkada yang baru saja disahkan. Pas buka FB, eh ternyata eh ternyata rame pula teman-teman FB ngomentari RUU Pilkada. Rupanya si RUU Pilkada sedang jadi Primadona. Mau ikut mengutarakan pendapat tapi terlalu panjang kalau ditulis di status, jadi coba deh aku share di sini.
Menurut hemat saya (kali ini pake 'saya' biar lebih formal :)) baik pilkada langsung maupun tak langsung masing-masing punya sisi positif dan negatifnya. Tergantung mau dari sudut pandang mana kita melihatnya. Sebagai warga negara yang ikut andil dalam proses perkembangan Indonesia, saya juga punya kecondongan tentang setuju atau tidak setuju tentang RUU Pilkada ini.
Berikut ini saya coba sedikit mengutarakan pendapat tentang Pilkada Langsung vs Pilkada Tak Langsung. Namun ini hanyalah pendapat saya pribadi berdasarkan pengetahuan seadanya yang notabene kurang begitu paham dengan lika liku dunia politik, hukum-hukum apalagi pasal-pasal yang saat ini diberlakukan. Jadi mohon maaf jika ada yang tidak berkenan dengan pendapat saya karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan keterbatasan dalam cara menyampaikan pendapat. 
Jika ada perbedaan pendapat, monggo silakan saja diutarakan tapi mohon menggunakan bahasa yang tidak memancing perseteruan. Meski beda, tetap jaga persatuan yak ;)

Pilkada Langsung 

Thursday, September 18, 2014

OwnCloud - Sinkron & Bagikan Filemu Sesuka Hati

Sering pakai google drive? DropBox? Atau layanan 'awan' lainnya? Iyes, ownClound fungsinya sama persis seperti google drive maupun DropBox bedanya kalau ownCloud ini benar-benar free dan open source. Jadi bisa diinstal di server sendiri tanpa batas (kecuali batasan space hardisk yang dimiliki ya) tanpa dikenakan biaya alias geratis tis.... 
ownCloud juga bisa diakses dari berbagai platform. Bisa di desktop (windows, mac, linux), web, maupun mobile (iOS, Andorid). Yang desktop selain bisa di windows juga bisa di linux cyin.. ini ni yang aku suka, secaraaa google drive ga support buat desktop linux atau mungkin karena akunya aja yang ga bisa ngoprek
Yang punya usaha sendiri pengen lebih private bagi-bagi file tanpa bayar-bayar, cocok ni pake ownCloud. Langsung aja download ke sini tinggal pilih mau pakai platform yang mana.
Di sini aku sudah berhasil install di OwnCloud client di Trusty Tahr baruku *ciee yang habis install ulang...
Saran aja ni kalau mau install yang versi desktopnya, buat foldernya jangan di drive system, biar ga ilang kalau sewaktu-waktu install ulang. Eh emang ngefek ga sih? kayaknya sih kalau foldernya ga keformat waktu install ulang ga perlu sinkronisasi lagi. kayaknya lho ya... kalau pengen tahu ya coba aja sendiri :D

Oke cuma mau share itu dulu. Happy cloud-ing ^_^

PS: Kalau mau tau review DropBox vs ownCloud, bisa baca-baca di sini.

Sunday, September 7, 2014

Dari Me Time Hingga Museum Affandi

The most private 'me time' location :D
Bingung mau kasih judul apa. Setelah sekian lama tidak menyambangi  si blog dengan alasan sok sibuk, akhirnya this time is 'me time'. Ya, me time kali ini adalah semedi di rumah seharian, cuman keluar buat sholat jamaah di mushola depan rumah. Selain itu asyik semedi, baca-baca blog orang dengan tanpa rasa bersalah melupakan sejenak si to-do-list. 
Ngomong-ngomong soal me time, menurutku me time adalah waktu sendiri untuk mendapatkan kedamaian diri sendiri. Tidak harus di tempat sepi, me time bisa didapat di ruang publik yang sangat ramai (kalau orangnya memang suka tempat ramai, hal ini bisa sangat mungkin). Me time adalah salah satu kebutuhan yang membuatku bahagia (ini efek habis baca bukunya Pak Eric Weiner tentang riset kebahagiaannya, jadi ngomongnya tentang kebahagiaan2 aja. ohoo). Me time pada sepertiga malam terakhir juga sangat bisa dan efektif membangkitkan kebagahagiaan, tapi agak susah untuk mendapatkan me time (lebih tepatnya me&God time) yang satu ini kalau belum terbiasa dan faktor maksiat masih mendominasi :-(.

Dari me time kemudian ngomongin tentang kebahagiaan (nah, mulai random), pada dasarnya aku bukan tipe manusia ansos yang alergi keramaian. Jika mood sedang pengen rame, ngobrol dengan teman pun cukup membuatku bahagia dan sepertinya hal ini paling sering kulakukan beberapa hari ini sehingga aku jadi semacam kehabisan cerita untuk ngeblog #alessan, karena semua rasanya sudah kuceritakan dari teman satu ke teman lain dengan mode repitition. Pengulangan :D.

But this time is me time, so I have plenty of time to write some posts #siulsiul

Seperti janjiku kepada diriku sendiri yang kusebutkan pada postingan bulan lalu, aku pengen share tentang jalan-jalanku, diantaranya jalan-jalan ke museum Affandi beberapa bulan yang lalu. Yup, jalan-jalan ke museum memang menyenangkan karena selain bisa membangkitkan jiwa seni kita, jalan-jalan ke museum bisa dibilang murah meriah. Ufufufu...

Wednesday, August 20, 2014

Refleksi Off 2 bulan

2 bulan sudah tidak menyambangi ini blog. Sebenarnya ada banyak hal yang pengen kutulis dan share, tapi apa daya pengen hanya berwujud pengen. Hust intentions but no action. Tapi kali ini di sela pekerjaan kantor sambil nunggu loading, tiba-tiba muncul si-mood ngeblog. Tulis-tulis sedikit hal tentang 2 bulan ini dah, karena sayang (bagiku) untuk sekedarkan dilupakan begitu saja. Meskipun tidak wow dan penting. Tentang target Romadhon, pola makan baru, geocaching-an bareng hana kyo banchan, obat baru, hingga formula baru. Duh, kok yang kuingat cuma itu ya? Nah kaan.... padahal sebenarnya ada banyak momen hidup yang bisa dijadikan pelajaran, minimal untuk bekal bercerita ke anak cucu kelak. ohohoho "Oma dulu Cu......bla bla bla" yah cem tu laa *sok logat melayu

Cerita-cerita Ramadhan kemarin, alhamdulillah aku merasa benar-benar puasa. Puasa nonton, puasa baca-baca yang penting, mengurangi jam tidur.... pokoknya berusaha puasa dari hal-hal GeJe yang biasa kulakukan di hari-hari biasa. Alhamdulillah i'tikaf tahun ini secara kuantitas dan kasat mata lebih baik dari tahun ini, semoga secara kualitas juga lebih baik di mata Alloh. Aamiin ya Rabb...
Dan tiba-tiba Ramadhan sudah berakhir aja dengan banyak target yang masih bolong di sana-sini T_T. Semoga kita dipertemukan lagi di Ramadhan tahun depan...aamiin....

Oh iya, menjelang Ramadhan kemarin ada pengajian di Kantor. Salah satu kesimpulan yang aku inget dari pembicara waktu itu adalah, Baik itu tidak cuma di Ramadhan, sudah seharusnya Ramadhan itu sebagai madrasah kita untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi pasca Ramadhan. Jadi salah satu paramater sukses Ramadhan adalah terjaganya amalan-amalan kebaikan yang terus dilakukan pasca Ramadhan.
So, PR pasca Ramadhan belum selesai kawan..... Masih tetap harus tetap terjaga ba'da subuh *tampar muka
Berikutnya aku pengen cerita jalan-jalanku di (ehm) museum Affandi yang kita kunjungi tempo doeloe sejak kyo belum punya hape pinter sampai sekarang hapenya sudah sangat canggih belum juga aku kober mencacatkan pengalaman pernak-pernik di museum itu. Semoga ga lupa :D

Dan dan.. tanggal 1 Agustus 2014 lalu yang ber-geocaching ria yang ga sukses-sukses amat yang karena ada 1 cache yang tidak ditemukan dan 2 spot yang tak terjamah *kebanyakan yang

semoga moodnya masih oke untuk nulis *siul-siul

Thursday, June 26, 2014

Error Whatsapp - Restart Setiap Inizializing

Untuk kesekian kalinya WA ku bermasalah, tapi akhirnya alhamdulillah mission complete. Kupikir problem WA ini ditimbulkan dan hanya terjadi pada hape-hape cino macem punya saya ini, nampaknya tidak sepenuhnya kesalahan pordusen (ya iyalaaa).
Sebenarnya ada beberapa kasus problem WA yang pernah kualami, tapi yang ingat cuma 2 ini :
1. Low Disk Space yang disebabkan aktivitas WA terus meningkat dan memakan memory ujung-ujungnya si andro jadi sering restart. Yang kulakukan adalah : restart andro, buka WA kemudian hapus beberapa history chat (terurama chat dari group), kalau ga mau left dari group, clear conversation aja.
Kalau clear conversation masih tidak berhasil, terpaksanya clear data. Konsekuensinya kalau clear data, adalah harus initializing ulang, mulai dari mendaftarkan nomor WA.

2. Ada notifikasi pesan masuk tapi WA tidak bisa dibuka karena selalu stuck atau nyangkut di proses initializing kemudian malah reboot si Andronya. Clear data sudah ga mempan. Uninstall kemudian install ulang WA juga mental. Ganti nomer WA awalnya sukses, tapi kemudian gitu lagi. Akhirnya ketemu penyakitnya,

Friday, May 30, 2014

Antara Tuntutan, Kepentingan dan Keinginan

Seperti biasa, postingan ini isinya hanya sampah. Jadi jangan buang waktumu untuk membaca sampai bawah. Tapi kalau nekat, terserah deh, tanggung sendiri kalau bingung. Too random eh >_<

Masih ingat film peterpan yang dia tidak ingin jadi orang dewasa? Tentang ia yang ingin menjadi anak-anak selamanya. Aku curiga kisah Peterpan itu sebenarnya keinginan terpendam si pembuat cerita. Mungkin juga itu jeritan hati manusia yang sedang menginjak masa transisi menuju fase kehidupan yang penuh jalan bercabang. Setiap cabang yang dipilih menentukan arah mana ia selanjutnya dan parahnya tidak akan bisa kembali ke persimpangan awal mulai memilih.
Ih ngomongan apa sih ini. Ya pokoknya gitu lah. Hanya sedikit melihat ke perasaan si peterpan. Sepertinya aku sedikit paham kenapa peterpan ingin terus menjadi anak-anak. Kalau kata temannya teman -nah loh panjang sanadnya- di sebuah status jejaring sosial "Aku ingin menjadi anak kecil lagi, permasalah paling sulit yang dialami paling adalah PR matematika."

Monday, May 5, 2014

It Depend On Look

Kali ini lagi-lagi postingan ga jelas curahan hati. Ceritanya kemarin, untuk kesekian kalinya aku mampir ke sebuah toko gadget, kemudian si mas-mas tokonya bilang "kalau yang murah di sini mbak. Yang ini juga murah"

WHATSS!!!!! Bahkan aku belum bilang spek yang aku cari yang gimana.

Bayangkan jika Anda masuk ke toko dengan uang segepok berharap mendapatkan barang berkualitas bagus berapa pun haarganya tapi ketika baru melangkahkan kaki masuk ke toko dan setelah menjawab pertanyaan "cari apa mbak?" kemudian langsung diarahkan "Kalau yang murah sebelah sini mbak..." dan bahkan kita belum sempat menyebutkan spesifikasi yang kita butuhkan. Coba bagaimana perasaan Anda?

Pertama kali diperlakukan seperti itu di satu toko itu, akunya masih bisa biasa aja. Aku sih sadar diri mungkin penampilanku ga nampang punya duit banyak. Tapi untuk kunjungan kedua, ternyata masih juga seperti itu. Maka, keluar dari toko itu, saya putuskan untuk tidak membeli lagi ke sana. Selain karena tidak nyaman dengan pelayanannya, ternyata dengan service yang minus tersebut tidak sebanding dengan pengetahuan si penjaga toko tentang barang yang ia jual. Jadi ketika aku tanya bedanya barang A dan B apa, bedanya A dengan C apa kok bisa jauh banget harganya, cuma dijawab "emmm sama aja sih mbak, cuman beda harga. Kalau yang paling murah yang ini..." Padahal spesifikasinya memang beda jauuuuuh.... bisa-bisanya dibilang sama aja coba. Entah akunya yang terlalu sensi atau memang begitu kenyataannya, rasanya si masnya sering mengulang kata "murah". Memang tampangku ni tampang "murah"an tenan po ya ? Ya wis lah... sakkarepmu mas, yang penting aku dapat barang yang sesuai dengan kebutuhan. -_____-

Etika. Persoalannya di situ. Saran untuk petugas-petugas front line baik toko penjual barang atau jasa. Sebaiknya jangan terlalu yakin dalam melabeli pembeli dilihat dari tampilannya. 'pembeli berduit' dan 'pembeli tidak berduit'. Jangan salah lho, misalnya ada orang kampung datang ke showroom mobil, bisa jadi memang dia sudah ngantongi segepok uang CASH (no kredit) hasil panen belasan petak sawah buat beli mobil. Coba bandingkan dengan orang kota yang gayanya borju abis, ujung-ujungnya juga kredit. Dan kasus seperti itu tidak cuma satu atau dua.

Well, it may be depend on your look. May be you can get the better service by your better look. Pelajaran berharga buatku. Kalau dulu aku bangga-bangga aja dikira masih SMA, tapi setelah kupikir-pikir, mungkin selama ini aku dikira anak SMA (bahkan SMP) karena ketidakmampuanku menata penampilan =________________=

Pada akhirnya aku masih harus banyak belajar...


Monday, April 28, 2014

Flash Back for Future - Catatan Galau Masa Transisi

Masih ingat ketika pertama kali menginjakkan kaki ke calon SMA saat pendaftaran. Masih mengenakan seragam SMP, aku melewati lorong koridor gedung utama sekolah lantai 1 yang penuh lemari piala di sisi kanan dan kiri. Hingga akhirnya aku dinyatakan lolos masuk ke SMA itu, aku pernah ber-azzam untuk menyumbangkan minimal 1 piala untuk almamaterku. Tahun berganti tahun masa SMA yang penuh warna kulewati hingga tak terasa hampir usai masaku di SMA dan aku sadar belum ada satu pun piala yang kusumbangkan untuk sekolah. Bahkan hingga lulus. Akhirnya aku harus cukup menelan ludah mengingat ketidakmampuan diri memenuhi azzam yang dibuat sendiri.

Fase berikutnya di bangku kuliah. Meskipun bukan perguruan tinggi yang favorit, tapi sejauh yang kuingat, tidak pernah ada penyesalan aku pernah kuliah di sana. Pertama menghirup udara kampus, lagi-lagi aku ber-azzam hal yang sama ketika aku pertama masuk SMA. Ya, aku ingin mengukir prestasi yang membanggakan untuk almamaterku. Dan lagi-lagi tak terasa usai sudah masa studiku di kampus itu dan lagi-lagi tanpa memenuhi azzamku.

Kemudian tahun-tahun pasca kuliah, dunia kerja menjadi pos utama kehidupan padahal sebelumnya tidak terbayang bakal menjadi wanita karir. Dalam bayanganku sebelumnya, hanya institusi pendidikan yang terus menjadi pos utama kehidupanku selain pos keluarga dan tetangga. Tapi begitulah kenyataannya, pos pekerjaan menjadi duniaku saat ini. Namun pertama kali masuk ke dunia kerja, idealismeku tidak se-yakin dulu ketika pertama kali masuk SMA maupun kuliah. Pertama kerja, aku tak memiliki azzam apapun untuk kantorku.

Seiring berjalannya waktu, hati nurani mulai kembali terusik. Kenapa mudah sekali mengingkari azzam. Bukankah seharusnya ada dorongan untuk mewujudkannya?

Kata orang, masa transisi. Masa ketika orang beranjak dari dunia remaja ke dunia orang dewasa. Pada masa transisi ini banyak sekali tuntutan pertanyaan hidup yang harus dijawab. Entah tuntutan pertanyaan dari diri sendiri maupun dari orang lain. Alhamdulillah, cukup bersyukur aku tidak harus tertekan dengan tuntutan pertanyaan dari luar, seperti "kapan nikah?" "kapan kerja?" "Kapan S2?" mungkin. Karena emang udah kerja, jadi pertanyaan itu cukup mudah dijawab meskipun anak pinak dari pertanyaan itu tetap saja ada. Tentang kapan nikah, sejauh ini sih masih cukup nyaman dengan jawaban "Yo nek wis jatahe lak yo nikah. Dongane wae mugo-mugo ndang diparingi yang terbaik" yang kurang lebih translatenya Ya kalau sudah saatnya ya pasti nikah. Do'anya saja semoga segera diberikan yang terbaik. Jawaban yang cukup absurd tapi cukup lah untuk melegakan bagi yang bertanya. Dan pertanyaan-pertanyaan lain yang alhamdulillah sejauh ini tidak sampai membuat tertekan.

Tapi dari sekian pertanyaan ada pertanyaan dari dalam diri yang sungguh mengusik dan cukup mengiris hati.

Sunday, April 13, 2014

Petualangan Bikin Paspor di Jogja

Setelah sekian lama ngomong tok mau bikin paspor (pamernya udah bertahun-tahun yang lalu kalau mau bikin paspor) akhirnya bulan ini tekat berhasil memaksa otakku untuk memerintahkan sang kaki untuk melangkah kantor imigrasi kelas I D.I Yogyakarta demi mengurus pembuatan paspor baru.

Layaknya seorang nubie culun yang tak tahu menahu tentang prosedur pembuatan paspor, aku juga searching dan tanya sana sini. Informasi paling penting yang kubutuhkan saat itu adalah "Sabtu buka ga?" dan jawabannya adalah tidak. Temanku menyarankan untuk ambil formulir dulu aja.
Akhirnya hari Jum'at pas jam istirahat, jam 12.30 aku tancap gas ke Kantor Imigrasi Kelas 1 Yogyakarta yang berlokasi di dekat Bandara Adi Sucipto di Jalan Solo. Kalau dari arah Solo, pertigaan Bandara itu lurus dikit ntar kiri jalan ada kantor Imigrasi Kelas 1 Yogyakarta. Kalau dari arah kota Jogja, sebelum pertigaan bandara putar balik di depan Pom Bensin.

Sampai di kantor langsung menuju parkir di basement. Di basement itu ada fotocopian. Berhubung memang masih jam istirahat, iseng aja mampir dulu di fotocopian siapa tahu ada informasi mendukung. Ternyata memang ada, informasi pentingnya adalah, semua berkas yang dilampirkan untuk mengurus paspor harus berukuran A4. Oke, catet.
"Fotocopy semua dokumen persyaratan paspor dengan menggunakan kertas A4...."

Thursday, March 13, 2014

Lagi-Lagi tentang Ukhuwah

Beberapa pekan yang lalu aku posting tentang pengendalian emosi. Sebenarnya itu didasari dari konflik ukhuwah yang alhamdulillah dapat terselesaikan dengan outstanding karena atas izin Alloh kedua belah pihak dapat mengendalikan dan mengelola emosi. Semoga seterusnya bisa seperti itu.

Masih berkaitan dengan ukhuwah. Ukhuwah Islamiah atau persaudaraan yang islami itu baru terbukti di saat-saat yang tidak enak. Saat konflik ada, di situlah ukhuwah diuji dan dibuktikan. Kali ini akan kuceritakan sebuah kisah yang menurutku mengharukan. Tapi berhubung kemampuan menulisku sangat standar, entahlah, kalian bisa merasakan apa yang kurasakan atau tidak. Oiya, sebelum aku mulai, perlu diinfokan bahwa sebenarnya aku belum minta izin yang bersangkutan untuk membagi cerita ini. Jadi kita anonim aja ya semua nama-nama terkait.

Sebut saja namanya RJ. Sebelumnya aku sama sekali tidak mengenal RJ (bahkan sampai sekarang). Jangankan mengenal, tahu ada makhluk bernama RJ saja tidak. Qodarullah, aku bergabung dengan teman-teman tim sukses seorang calon legislatif dari sebuah parta dakwah dan membuat group di WhatsApp untuk saling berkoordinasi. Tujuan utama dibuatnya group tersebut memang untuk saling berbagi informasi terkait program-program baik jangka pendek maupun jangka panjang yang akan diimplementasikan di masyarakat. Tapi kadangkala ada juga yang share topik-topik di luar program-program kita, termasuk informasi yang disampaikan oleh salah seorang anggota group yang mengabarkan bahwa ada anak kontrakan yang kesurupan sejak kemarin malem (Kamis malam pekan pertama bulan Maret). Qodarullah, salah seorang anggota group yang lain (sepertinya) berpengalaman rukyah, kemudian melalui WA memandu teman-teman yang di kontrakan untuk rukyah.
"Baca surat ini, baca surat itu. Anaknya diginiin, kasih ini, kasih itu, dll" yah aku memang lupa apa saja yang diinstruksikan. *seingatku selama 23 tahun hidup, tidak pernah lihat orang kesurupan.

Wednesday, March 12, 2014

Kemarilah, Maka Kuceritakan Tentang Jepang

Datanglah kemari, maka akan kuceritakan engkau tentang Jepang. Nggaya... ke Jepang baru di mimpi doang mau cerita tentang jepang.
Tapi tak apa lah ya.... sumbernya dari si boss yang baru pulang dari Jepang. Sebenarnya ini cerita tahun lalu, tapi baru keinget sekarang buat diposting, lumayan untuk rame-ramein blog.
Yaap... dimulai dari mendengar cerita-cerita tentang negeri sakura dulu, nanti seiring berjalannya waktu pasti semakin mendekat menuju ke sana beneran #someday.
Waktu cerita-cerita itu ada beberapa poin yang baru kuketahui tentang Jepang. Ini aku buatkan beberapa listnya. Entah bener atau salah pada kenyataannya, yang sudah pernah ke Jepang, silakan dikoreksi :D

1. Beli tanah di Jepang terbatas
Katanya, orang Jepang jarang yang punya sertifikat tanah, kebanyakan cuma sewa-sewa apartemen atau ngontrak. Katanya memang ada regulasi yang sangat ketat untuk masalah jual beli tanah. Sebenarnya aku belum menemukan informasi ini waktu googling, jadi entah bener atau salah atau kurang tepat, who knows 

2. Taksi di Tokyo mehong gila

Friday, February 28, 2014

[Solved] - Mengatasi Unreadable Drive/Partition

Salam,

Wiii rasanya lama kali ga berurusan dengan 'masalah'. Waktu temen ng-WA ada masalah sama hardisk eksternalnya, otomatis lah langsung kuterima tantangan itu. Jadi ceritanya si teman itu, sebut saja namanya Bunga *bukan nama sebenarnya punya hardisk 500 GB dengan 4 partisi yang masing-masing partisi diberi nama Autumn, Summer, Spring, Winter. Nah, curhat kalau partisi Autumn tidak bisa dibuka. Waktu pertama dicolokin ke komputer minta format. Trus nama partisinya juga ilang jadi bukan Autumn lagi tapi Local Disk. Kalau di klik tu partisi muncul notifikasi
Notifikasi dari Windows, partisi tidak bisa diakses
Sebagai teman yang baik hati yang rajin menabung dan lagi tidak sombong, aku minta bunga antarkan hardisknya ke kantorku biar aku cek nanti kalau di kost. Bunga setuju, dan sorenya dengan menggeber beat putihnya dia meluncur ke kantorku sepulang kuliah S2nya yang super padat dan tampaknya telah merubah ritme hidupnya demi menyelamatkan data-data 'penting' di dalam partisi Autumn.

Saturday, February 22, 2014

Emosilah, Maka Kamu Kalah


Pernah merasakan dongkol? Jengkel? Marah? Rasanya pengen ngumpat? maki-maki orang seenaknya? Wis pokoknya kalau hati lagi dipenuhi emosi memang rasanya enak banget kalau ngumpat. Loss aja gitu kalau ngumpat. Ga tahu kenapa tapi memang mengumpat itu melegakan. Memaki-maki orang seenak udel juga menyenangkan. Yang ga suka ngumpat&maki-maki orang, trust me it works.
Jangan salah paham dulu, aku emang bilang ngumpat itu enak, tapi bukan berati aku pelakunya. Pernah sekali dua kali nyoba aja dengan tidak ada obyek yang ditujukan rasanya nyoss banget tapi asli, A-S-H-L-I itu ga enak didengar dan berefek sangat panjang. Apa saja efek panjang itu? Nih, aku sebutin, tapi ini menurut hemat saya lho ya *yang hemat aja, yg reguler mahal katanya :D

Wednesday, February 12, 2014

Ngajar Ngajar Ngajar


Kerja apa? Kok ga ngajar? kenapa ga jadi dosen aja? Kerap kali menerima pertanyaan seperti itu. Bahkan kadang sekilas-kilas--dan akhirnya jadi berkilas-kilas--pertanyaan itu juga muncul dari dalam diri.

Baiklah, kali ini aku pengen bahas tentang profesi mengajar. Menurut pandanganku pastinya. Mau sepakat atau tidak, itu urusan belakangan, yang penting yang depan tetep aku *iki jane ngomongke opo to -_-
ya pokoknya gitu. Jadi kembali ke bahasan awal. Sejak mulai diajari bercita-cita, seingatku, aku tidak pernah bercita-cita jadi guru, dosen, atau semacamnya. Alasannya simple, karena keluargaku--terutama dari garis ibu--adalah guru. Mulai dari Kakek sampai 5 dari 6 anaknya adalah guru. Bahkan 4 dari 6 menantunya pun adalah guru. Jadi bisa dibayangkan betapa inginnya jiwa muda pengelana ini mengarungi jalur hidup yang berbeda dengan leluhurnya (yang sebenarnya lebih dimotivasi oleh rasa bosan). Apakah aku tidak mensyukuri itu? Tidak. sama sekali tidak. Justru aku sangat sangat sangat bersyukur lahir dan dibesarkan di lingkungan pendidik. Hampir semua aspek kehidupanku didasarkan pada ilmu pendidikan, kasarnya, ga perlu sekolah pun rasanya cukup untuk bisa membaca, menulis, berhitung, ngaji, sholat, dsb, dsb.

Tuesday, February 11, 2014

Deteksi Dini Halal/Haram Makanan Kita [Part 1]


Seperti biasa Selasa malam ada kajian rutin di asrama tempatku bernaung beberapa bulan ini di jogja. Biasanya materinya udah dijadwal, dan ter-kurikulum (maksudnya udah dijadwal gitu) dengan pemateri tetap Ustadz Sholihun. Setelah beberapa bulan digecer materi tentang Alam Kubur, Kiamat, materi-materi sejenis, akhirnya tak seperti biasanya, pekan itu (kalau ga salah tanggal 21 Januari 2014) pematerinya Ustadz Nanung Danar Dono dengan tema Pencemaran Daging haram di Jogja. 

Jujur, dibandingkan dengan mbak-mbak jilbab gondrong lainnya, mungkin aku termasuk yang kurang hati-hati dalam hal makanan. Bakso, sushi, sosis..aaaaarghhhh kagak nahan itu mah. Tapi alhamdulillah, akhir-akhir menjelang kajian itu  sebenernya mulai agak tersadarkan kembali untuk berhati-hati dalam hal makanan. Nah, pas dapet materi itu, jadi makin hati-hatilah jaga diri (godaan makanan itu memang luar binasaa).

Ini nih, sedikit rangkuman kajian malam itu.