The most private 'me time' location :D |
Ngomong-ngomong soal me time, menurutku me time adalah waktu sendiri untuk mendapatkan kedamaian diri sendiri. Tidak harus di tempat sepi, me time bisa didapat di ruang publik yang sangat ramai (kalau orangnya memang suka tempat ramai, hal ini bisa sangat mungkin). Me time adalah salah satu kebutuhan yang membuatku bahagia (ini efek habis baca bukunya Pak Eric Weiner tentang riset kebahagiaannya, jadi ngomongnya tentang kebahagiaan2 aja. ohoo). Me time pada sepertiga malam terakhir juga sangat bisa dan efektif membangkitkan kebagahagiaan, tapi agak susah untuk mendapatkan me time (lebih tepatnya me&God time) yang satu ini kalau belum terbiasa dan faktor maksiat masih mendominasi :-(.
Dari me time kemudian ngomongin tentang kebahagiaan (nah, mulai random), pada dasarnya aku bukan tipe manusia ansos yang alergi keramaian. Jika mood sedang pengen rame, ngobrol dengan teman pun cukup membuatku bahagia dan sepertinya hal ini paling sering kulakukan beberapa hari ini sehingga aku jadi semacam kehabisan cerita untuk ngeblog #alessan, karena semua
But this time is me time, so I have plenty of time to write some posts #siulsiul
Seperti janjiku
Awalnya karena motivasi 'murah' tapi ga murahan, tapi lama-lama menimbulkan kecintaan tersendiri akan museum. Seperti waktu jalan-jalan ke Bandung, museum--atau beberapa diantaranya lebih tepat dibilang sebagai galeri seni--menjadi salah satu obyek kunjungan. Tahun 2009 ke museum Geologi dan Pos di Bandung
Di Jogja senidiri ini ternyata ada banyak museum, listnya bisa kamu lihat di sini. Dan dari sekian banyak museum, masih banyak yang belum aku kunjungi. Ini tidak bisa dibiarkan. Harus bikin agenda untuk menyambanginya sebelum kaki ini jauh meninggalkan Jogja *halah koyo meh lungo ningndi wae.
Di antara museum-museum di Jogja yang pernah kukunjungi antara lain, Keraton Yogyakarta, Benteng Vredeburg, Museum Dirgantara dan Monumen Jogja Kembali yang rutin dikunjungi saat piknik TK dulu, dan tentu saja Museum Affandi yang baru beberapa bulan kemarin kami kunjungi. Di museum ini, kita tidak hanya melihat hasil karya sang maestro sendiri tapi juga hasil karya istri dan muridnya.
Dengan tiket masuk IDR 10.000 untuk pelajar atau IDR 20.000 untuk umum kita sudah bisa jalan-jalan segempor kaki kita. Kalau mau foto-foto ada bayar lagi IDR 10.000 dan kita pun bisa potret-potret sesuka hati.
Ada 4 ruang galery di sini. 2 galeri berisi hasil karya-hasil karya Affandi.
Galeri 1 |
Galeri 2 |
Berbeda dengan galeri 1 dan 2 yang berisi lukisan-lukisan dan sketch buah tangan Affandi, di galeri 3
Galeri 3 |
Bukan, bukan hantunya yang bikin horor, tapi goyangannya. Kayak ga kuat gitu fondasinya, jadi kalau agak kenceng dikit jalan, lantai yg kita pijak bergetar dan goyang dombret gitu.
Tangga menara yang horor |
Menaranya. Entah apa namanya -_- |
Studio Gajah Wong |
Pada akhirnya, lelah berjalan-jalan kami leyeh-leyeh sejenak di kantin yang letaknya di bawah kamar pribadi Pak Affandi yang sekarang juga jadi tontonan. Setelah sholat Dhuhur, sebelum cus meninggalkan situs jangan lupa isi buku kesan....
Semoga bermanfaat ^_^
Cieeeeehhhh si melati akhirnya update cieeeeehhhhhh *nyampah doang komennya
ReplyDeletecieh banget kan -3-
Deleteitu buku kesan, tulisan, gambar sama inisial pernah aku lihat dimanaaaa gitu...aku lupa.. :-/
ReplyDeleteitu buku kesan udah pernah aku upload di ig :D
Delete