Friday, May 30, 2014

Antara Tuntutan, Kepentingan dan Keinginan

Seperti biasa, postingan ini isinya hanya sampah. Jadi jangan buang waktumu untuk membaca sampai bawah. Tapi kalau nekat, terserah deh, tanggung sendiri kalau bingung. Too random eh >_<

Masih ingat film peterpan yang dia tidak ingin jadi orang dewasa? Tentang ia yang ingin menjadi anak-anak selamanya. Aku curiga kisah Peterpan itu sebenarnya keinginan terpendam si pembuat cerita. Mungkin juga itu jeritan hati manusia yang sedang menginjak masa transisi menuju fase kehidupan yang penuh jalan bercabang. Setiap cabang yang dipilih menentukan arah mana ia selanjutnya dan parahnya tidak akan bisa kembali ke persimpangan awal mulai memilih.
Ih ngomongan apa sih ini. Ya pokoknya gitu lah. Hanya sedikit melihat ke perasaan si peterpan. Sepertinya aku sedikit paham kenapa peterpan ingin terus menjadi anak-anak. Kalau kata temannya teman -nah loh panjang sanadnya- di sebuah status jejaring sosial "Aku ingin menjadi anak kecil lagi, permasalah paling sulit yang dialami paling adalah PR matematika."

Monday, May 5, 2014

It Depend On Look

Kali ini lagi-lagi postingan ga jelas curahan hati. Ceritanya kemarin, untuk kesekian kalinya aku mampir ke sebuah toko gadget, kemudian si mas-mas tokonya bilang "kalau yang murah di sini mbak. Yang ini juga murah"

WHATSS!!!!! Bahkan aku belum bilang spek yang aku cari yang gimana.

Bayangkan jika Anda masuk ke toko dengan uang segepok berharap mendapatkan barang berkualitas bagus berapa pun haarganya tapi ketika baru melangkahkan kaki masuk ke toko dan setelah menjawab pertanyaan "cari apa mbak?" kemudian langsung diarahkan "Kalau yang murah sebelah sini mbak..." dan bahkan kita belum sempat menyebutkan spesifikasi yang kita butuhkan. Coba bagaimana perasaan Anda?

Pertama kali diperlakukan seperti itu di satu toko itu, akunya masih bisa biasa aja. Aku sih sadar diri mungkin penampilanku ga nampang punya duit banyak. Tapi untuk kunjungan kedua, ternyata masih juga seperti itu. Maka, keluar dari toko itu, saya putuskan untuk tidak membeli lagi ke sana. Selain karena tidak nyaman dengan pelayanannya, ternyata dengan service yang minus tersebut tidak sebanding dengan pengetahuan si penjaga toko tentang barang yang ia jual. Jadi ketika aku tanya bedanya barang A dan B apa, bedanya A dengan C apa kok bisa jauh banget harganya, cuma dijawab "emmm sama aja sih mbak, cuman beda harga. Kalau yang paling murah yang ini..." Padahal spesifikasinya memang beda jauuuuuh.... bisa-bisanya dibilang sama aja coba. Entah akunya yang terlalu sensi atau memang begitu kenyataannya, rasanya si masnya sering mengulang kata "murah". Memang tampangku ni tampang "murah"an tenan po ya ? Ya wis lah... sakkarepmu mas, yang penting aku dapat barang yang sesuai dengan kebutuhan. -_____-

Etika. Persoalannya di situ. Saran untuk petugas-petugas front line baik toko penjual barang atau jasa. Sebaiknya jangan terlalu yakin dalam melabeli pembeli dilihat dari tampilannya. 'pembeli berduit' dan 'pembeli tidak berduit'. Jangan salah lho, misalnya ada orang kampung datang ke showroom mobil, bisa jadi memang dia sudah ngantongi segepok uang CASH (no kredit) hasil panen belasan petak sawah buat beli mobil. Coba bandingkan dengan orang kota yang gayanya borju abis, ujung-ujungnya juga kredit. Dan kasus seperti itu tidak cuma satu atau dua.

Well, it may be depend on your look. May be you can get the better service by your better look. Pelajaran berharga buatku. Kalau dulu aku bangga-bangga aja dikira masih SMA, tapi setelah kupikir-pikir, mungkin selama ini aku dikira anak SMA (bahkan SMP) karena ketidakmampuanku menata penampilan =________________=

Pada akhirnya aku masih harus banyak belajar...