Friday, December 31, 2021

Melamar Diri Sendiri

Di ruang tamu siang itu kami terbagi ke dalam tiga kubu. Di kubu kanan, duduk Dwi, salah satu adik lelakiku, yang malah terkikik geli ketika kulirik dengan tatapan ganas. Di sampingnya tampak Rez, adik lelakiku yang lain, senyum-senyum menanti apa yang akan terjadi beberapa menit ke depan. Mei, istri Rez, yang meskipun sedang sibuk bermain dengan putrinya pun berusaha untuk tidak ketinggalan momen.

Sssttt … heh,” sergah Ibu menyuruh Dwi berhenti terkikik. Dwi masih berusaha menahan tawa melihatku mencoba menutupi sikap malu-malu dan salah tingkah yang mungkin terlalu jelas untuk disembunyikan. Ibu dan Bapak yang duduk di kubu kiri makin tak sabar menunggu apa yang akan disampaikan si kubu tengah, aku dan lelaki yang duduk di sebelah kiriku. “Wis … gek ndang ngomong,” kata Bapak menyilakan kami berbicara setelah semua tampak siap mendengarkan.

Segera kualihkan pandang kepada lelaki yang dari tadi diam tak mengerti sepatah kata pun dari yang dibicarakan anggota keluargaku. Kuanggukkan kepala sebagai kode bahwa dia sudah dipersilakan berbicara oleh si tuan rumah yang dibalas dengan anggukan juga olehnya. Selama sepersekian detik rasanya aku ingin tertawa melihat wajahnya yang lebih pucat dari biasanya karena nervous. Untunglah aku cepat menahan diri dengan berempati jika aku di posisinya mungkin aku juga panik. Akhirnya suasana ruang tamu menjadi sunyi senyap, bahkan keponakanku yang tadi sibuk bernyanyi sendiri tiba-tiba diam.

Thursday, December 30, 2021

Past Life

Sometimes I am missing my past life.
The life when I always have somebody with me. Friends.
The life when the word "love" was applied for everything.

Accepting someone or struggling with somebody?
Tired.
Tired to catch somebody's love and attention,
but not ready to accept somebody who is far from mind.

Sometimes I am missing myself in the past time.
When I used to don't care about such a feeling.
When I used to do whatever I like.
Selfish!
Maybe.

Akhirnya hanya kuikuti kata hati
Mengalir entah kemana ku pun tak tahu
Kuserahkan semua kepada Sang Pemilik Hati
Meski kadang terselip rasa ragu
Ragu akan kemampuan diri tuk memahami
Tersebab dosa menumpuk di hati

                                                                                                                        (Sometimes in 2018 or 2019)

Tuesday, July 6, 2021

Yang-Tak-Dinanti yang Selalu Menanti

 

Dua pekan yang lalu Dwi tiba-tiba mengirimkan pesan langsung di instagram. Dwi yang jarang mengakses instagram, qadaruallah, saat itu iseng membukanya dan langsung menemukan storyku di list pertama. Padahal sudah jarang juga aku posting posting di instagram. 


Pi, wis krungu kabar suamine Mbak Rima?” Sudah dengar kabar dari suaminya Mbak Rima?


Alih-alih langsung membalas pesan di instagram, segera kuhubungi Dwi dari nomor WhatsApp baruku yang memang tak banyak orang tahu. 


“Wi, soko kene wae. Iki nomerku sing anyar.” Lewat sini aja. Ini nomor baruku.


“Saiki selo ra? Telponan wae iso?” Sekarang luang tidak? Telepon saja bisa? 


Selain pensaran dengan berita yang akan disampaikan Dwi, sudah lama juga aku tidak kontak dengan kawan-kawan lamaku termasuk  Dwi dan mbak Rima. Dulu saat kuliah kami tinggal bersama, belajar bersama, berkegiatan yang sama. Namun setelah lulus kuliah, kami menjalani nasib hidup kita masing-masing, sibuk dengan dunia dan lingkaran pertemanan baru lengkap dengan tantangannya masing-masing.


“Iso, Pi” Bisa.


Di telepon, Dwi menyampaikan kabar duka tentang suami Mbak Rima.

Monday, July 5, 2021

[Album Patah Hati] - Malu

Malu,
Ketika yang lain sudah berpikir untuk orang lain
Ketika yang lain sudah berkarya untuk umat
Ketika yang lain sudah berpikir untuk solusi negaranya
agamanya, keluarganya
Aku masih saja menggalaukan hal tidak seharusnya

Malu,
Diriku yang dulu membanggakan benteng hati
Yang kubangun sepenuh hati
Untuk melindungi sang hati
Sudah bertahun-tahun lamanya benteng itu tegak bediri
Congkaknya hati meras bersih sendiri
Hingga tak sadar hingga benteng itu retak terikikis
Sedikit demi sedikit membentuk lubang
Semakin banyak lubang
Hingga akhirnya runtuh
 
Lelaki itu,
Sukses membuatku pikiranku teralihkan
Entah sampai kapan, Ya Allah
Hanya Engkau yang tahu

Ya Allah,
Aku malu pada-Mu
Aku malu pada diriku sendiri yang dulu
Begitu banyak waktu terbuang menunggu,
menunggu sesuatu yang ku pun tak tahu
Sesuatu yang tak akan mengganggu
bagi aku yang dulu

Sunday, July 4, 2021

Terlalu!

Kata terlalu adalah salah satu kata hiperbola. Sesuatu yang berlebihan memang tidak baik.
Beberapa waktu lalu aku sibuk menyalahkan seseorang. Rasanya semua letak kesalahan ada padanya sampai-sampai tak ada ramah dan senyum tersisa untuknya. Dongkol? tentu. Apalagi jika yang disalahkan merasa tidak bersalah. Meski tak ada lagi senyum untuknya, dia tetap tidak peduli. Ya, kehilangan satu senyum bukan berati ia kehilangan senyum yang lain. Betul.

Kemudian pada eposide berikutnya, instrospeksi diri perlu benar-benar dicermati. Apakah betul ini salah orang lain. Setelah dicermati akar masalahnya, ia bersumber dari diri sendiri. Sungguh terlalu! Kecewa. Penyebabnya mudah dideteksi, karena terlalu berharap. Kalau dia baik dan membuatmu merasa spesial, ya itu memang karena dia baik dan bisa melakukannya ke siapa saja. Itu hak nya. Kamu lah yang tak bisa membentengi dirimu sendiri. Kau sendiri yang menceburkan diri ke dalam kubangan itu. Kubangan yang selama ini kau hindari, tapi dengan sadar kau masuki.

Kata seorang teman, hati-hati dengan tipuan rasa. Tipuan rasa itu yang menghilangkan akal melemahkan pikiran meruntuhkan pertahanan. Hati-hati dengan rasa itu, kawan.

Ketika Ideologimu Diuji - Being Superficial



"Nganggo klambi bebas opo wae sing penting kowe nyaman."  Pakai baju apa saja bebas asal kamu nyaman. 

"Nek nyandang sak mampune. Ra perlu nyandang larang-larang mung pengen ketok WAH." Bepernampilanlah sesuai kemampuan. Tidak perlu berpenampilan mahal hanya untuk tampil WAH.

Kurang lebih itu doktrin ibuku sehingga menjelmalah diri menjadi manusia yang tak ngeh tentang mode. Penampilan selalu asal. Yang penting nyaman. Saking nyamanya, tidak pernah terbesit untuk memahami estetika dalam berpakaian. Sering dibilang juga oleh kawan-kawan untuk lebih sedikit memperhatikan penampilan. Tapi, mana kudengar.... Sebaliknya, aku sangat bangga dengan ke-whatever-an ku malah merasa kasihan dengan mereka-mereka yang terlalu rempong dengan penampilannya. Aku harap semua wanita juga fokus dengan aktualisasi diri lainnya. Di sisi lain, aku sengaja berpenampilan sangat apa adanya karena diantaranya aku ingin menyeleksi calon suami. hahaha.... Selain karena memang malas dandan dan pusing dengan penampilan, aku ingin calon suamiku kelak memilihku pertama-tama bukan karena penampilan fisik.

Singkatnya, I was happily living in my ideology. Namun, seiring bertambahnya umur, ada masanya ideologi diuji. Dalam hal ini, ketika aku di Jepang. Sedikit demi sedikit pandanganku mulai berubah karena aku di lingkungan yang sama sekali berubah. Di Indonesia, aku merasa, saat itu, banyak orang yang berpandangan sama denganku, bahwa bersih dan rapi saja cukup. Tapi sejak di Jepang aku menyadari value yang baru dalam berpenampilan. Keindahan.

Saturday, February 6, 2021

[15 Days in Quarantine] Part II - OK, I like It Now

 

Quarantine Day #7


I start to enjoy my quarantine. My biological clock seems to work normally now. YAY! Alhamdulillah. and…. I watched many youtube videos. heheh


  1. Make quarantine diary. At least one sentence
  2. Exercise for at least 5 minutes. I will ask (force) my husband to do it with me.
  3. Make progress for the paper (target: the first draft will be finished within this quarantine time)
  4. Continue reading a book at least one chapter (target: at least finish “The journey into the interior of the earth”)
  5. (Re)memorize of Quran: 1 day 1 surah (1 ayah for new surah) 🆗ish
  6. Play an easy game with my husband (only if he’s available)
  7. German vocabulary

Quarantine Day #8


I miss my husband 😐

  1. Make quarantine diary. At least one sentence (I did it alone)
  2. Exercise for at least 5 minutes. I will ask (force) my husband to do it with me.
  3. Make progress for the paper (target: the first draft will be finished within this quarantine time)
  4. Continue reading a book at least one chapter (target: at least finish “The journey into the interior of the earth”)
  5. (Re)memorize of Quran: 1 day 1 surah (1 ayah for new surah)
  6. Play an easy game with my husband (only if he’s available)
  7. German vocabulary

Quarantine Day #9


Counting the day!!! Lazy day!!! (Well, every day is a lazy day :(

[15 Days in Quarantine] Part I - I'm Gonna Get Crazy!!

 

Quarantine Day #1


I finally made it to the apartment in the evening. Unpacked stuff and emptied the luggage because apparently one of my oatmeal packs broken so need to be cleaned. Ate my first instant noodle, had a call with my parents, prayed, having a call with my husband, ate my second instant noodle, continue cleaning up and put back some snacks to the luggage, then tried to sleep. 


I felt tired since I arrived so I thought it would be easy to fall asleep. 

But seems the jetlag is REAL! I kept waking up every hour and finally, I completely wake up at midnight.

I then decided to call my husband (again) for company. But we couldn’t talk long. So, I pray tahajjud and tried to sleep again afterward. But failed.

So, I tried to find something to do. Of course, I still have works to do but my brain is still not ready for such work. Instead, I contacted booking.com to extend my stay because currently my booking is only for 14 nights, not 14 days and I couldn’t do the extension myself. Apparently, I’ll have to wait for a confirmation from the owner. OK. Let’s see tomorrow.


It’s still the first day of 14 days with not seeing any human, not even go outside, so (I bet) it means no sun too.

But I am already bored. I begin to doubt my sanity will remain stable if I don’t make a clear what-to-do plan. So, let’s make target plan for this 14 days quarantine!


  1. Make quarantine diary. At least one sentence 
  2. Exercise for at least 5 minutes. I will ask (force) my husband to do it with me.
  3. Make progress for the paper (target: the first draft will be finished within this quarantine time)
  4. Continue reading a book at least one chapter (target: at least finish “The journey into the interior of the earth”)
  5. (Re)memorize of Quran: 1 day 1 surah (1 ayah for new surah)
  6. Play an easy game with my husband (only if he’s available)

Quarantine Day #2