Daaaaan...... Pas buka halaman dari belakang tiba-tiba jeng jeng jeeeeeng......... nemu cerita yang kubikin saat SMA. Alay banget bahasane dan ga jelas pula ceritanya. Ga selesai lagi. Dan kalau mau diterusin sekarang, aku lupa dulu niatnya ceritanya tentang apa. Hahaaa... Tapi coba ah, buat kenang-kenangan tak post di sini :D
No Title
Malam itu bukan malam biasa. Tidak
tahu kenapa, tapi itulah yang saat ini dirasakan Amma. Rasanya aneh
saja. Malas ngapa-ngapain.
Pengennya cuma tidur,
tapi belum ngantuk dan
pantang bagi Amma tidur kalau belum ngantuk.
Dibukanya
buku Matematika. Besok ulangan. Tapi input matematika ga
masuk ke bak data yang konon bila benar-benar dimanfaatkan dapat
menyimpan memori sebanyak 500 ensiklopedia. Namun tampaknya menggali
manfaat dari sebentuk daging atau apalah namanya itu—pokoknya
namanya otak—memang susah, apalagi bagi remaja bernama lengkap
Ammatilah Rufaida yang sedang tidak mood itu.
Sempat
terpikir dalam benak Amma mungkin ini syndrome
malas akibat tekanan batin bernama 'hwaduh besok ulangan!!!
Oh NO!!'. Tapi tidak. Biasanya
kalau ia kena sindrom itu dia dia pasti langsung ngantuk
begitu membuka buku untuk belajar dan tidur begitu saja tak peduli
apakah itu baru jam setengan 8 (wajarnya ia tidur di atas jam 10 atau
11 malam).
Diliriknya
jam dinding gambar ka'bah oleh-oleh eyang dari haji. Ga
peduli asli tanah arab atau cuma imitasi yang dibeli di pasar
oleh-oleh haji, yang penting bagi Amma benda itu sudah banyak
memberinya manfaat.
Jarum
pendek hampir di angka sepuluh, jarum panjang di angka 9. Yup,
seperti anak yang baru belajar membaca jam, “Pukul
sepuluh kurang seperempat,”
desisnya. Ada senyum kekecewaan di ujung bibirnya saat ia memandangi
jam itu. Ada sekelebat kenangan masa lalu yang samar-samar muncul.
Yang jelas bukan kenangan dengan eyang putri atau kakungnya, tapu
memori yang lain yang terasa akrab namun sekali lagi apa itu, ia
belum tahu pasti.
“Astaghfirullahaladzim,”
ucapnya sambil menggeleng memaksa diri bangun dari lamunan. Malam ini
benar-benar aneh, atau lebih tepatnya perasaannya yang aneh.
Dinyalakannya
radio dan memilih saluran MQ FM karena hanya itu lah saluran islami
yang tertangkap radionya.
Kembali
diliriknya buku cetak matematikanya. Kali ini moodnya benar-benar
hilang. Bahkan setitik niat pun tak ada untuk belajar. Maka
ditutupnya bukunya dan bingung lah ia mau ngapain.
“Aha! Baca Qur'an!” “ Ah tapi males banget nih!!”
Tadi pagi kan udah
baca terjemahan surat Al-Jasiyah
walaupun saat ini lupa apa makna terdalamnya. Begitulah batin remaja
putri kelas XI IPA 1 di SMA yang lumayan favorit di Solo, tepatnya
SMA N 4 Surakarta, itu terus berdebat dengan kata hatinya satu sama
lain.
Sedikit
gelisah, tiba-tiba matanya menangkap sekardus kecil di lemari buku
yang memang terbiasa terbuka meski sebenarnya ada tutupnya. Cling!
Langsung saja hatinya mendorong
si otak memberi perintah kepada kaki untuk berjalan ke lemari dan
tangannya mengambil dan membuka kotaknya.
Kotak kado
sederhana yang cukup berdebu. Meski tempat kotak tersebut sangat
strategis dilihat mata, namun Amma jarang memperhatikannya dan tidak
berniat membuka karena ia tahu hanya barang rongsokan—sisa
mainannya saat SD—yang ia dapatkan jika ia membuka kotak itu.
“Oh...
aha! Ada apa ini? Kok aku baru menyadarinya sih?”
Dan memang benar
saja, hanya barang rongsokan yang ia dapat di kotak 30 x 20 cm itu. 1
penggaris Hello Kitty pink 10 cm oleh-oleh Pakdhe Ha, kakak tertua
ayah, 1 buku gambar waktu kelas 5 SD, sempoa kayu bekas les waktu
kelas 4 SD, dan barang-barang lain. Tapi ada satu buku bersampul biru
dan itulah yang menarik perhatiannya saat ini.
***
Sementara
itu di kamar sebelah, tertidur pulas, setelah perjalanan jauh,
seorang remaja pula tapi lebih tua 4 tahun dan ialah calon pemimpin
keluarganya sendiri kelak. Napasnya yang teratur mengiringi kedamaian
yang menyelimutinya saat ini. Kedamaian atau lebih tepat suatu
kelegaan tampak dari paras wajahnya yang tidak buruk itu.
Alwi
Albiruni tengah berenang dalam dunia mimpi. Mimpi yang indah dan
kehangatan Ayah dan Ibu begitu nyaman dan sejuk.
***
(Al-Muzzamil)
Tangan
berjari panjang itu meraba-raba di lantai. Setelah beberapa kali
hanya dapat menangkap angin, akhirnya tangan itu sampai juga pada
handphone yang sedang
menderingkan surat Al-Muzammil.
GLUDUK!!
BRAK!!
“Aduh!”
pekik Alwi pelan sambil
memegangi bibrnya yang terantuk mencium pinggiran meja jati.
HP
sudah di tangan. Jam 2 a.m. Itu berarti ia baru sekitar 2 jam tidur.
Tapi sudah jadi kebiasaan dia sholat tahajud jam berapa pun ia tidur
jam 2 pasti bangun.
Oke, cukup itu dulu. Jangan tanya maksud ceritanya apa. Soalnya aku juga ga tahu. hehee ^_^
bagus... ditunggu seri selanjutnya, tapi bahasa lebih dibuat simpel ya, keren pkok e, ;)
ReplyDeletehehe.. makasih sudah mampir... :D
Delete