Friday, December 27, 2024

Pertemanan dan Masa Kadaluarsanya



"Hey, aku hari ini free. Mungkin kita bisa ketemuan lagi sebelum kamu balik?" Dengan semangat kukirimkan pesan itu ke seorang kawan yang jauh-jauh terbang dari Eropa ke Jepang untuk sidang S3. Sehari sebelumnya, tanpa sepengetahuan dia, aku datang sidang disertasinya berharap kedatanganku memberi sedikit support mental. Dan benar saja, hanya aku dan seorang labmate yang datang ke sidangnya. Usai sidang, kuajak dia makan siang dan karaoke sebentar sebelum dia kembali ke hotel. 
"Kalau kamu ada waktu, besok ketemuan lagi yuk sebelum kamu ke Tokyo," kataku sebelum kami berpisah.

Berjam-jam berlalu hingga matahari mulai kembali ke peraduan tak kunjung aku mendapatkan balasannya. Hari pun berganti hingga bertahun kemudian tak ada lagi satu pun pesan darinya kuterima dan aku sudah berdamai dengan kenyataan bahwa mungkin masa pertemenan kita memang sudah benar-benar kadaluarsa.

Ya, kupikir kadaluarsa adalah kata yang paling representatif. Pernah gak sih kamu merasa "tidak cocok" lagi dengan teman yang dulu sempat menjadi teman terbaik bahkan? Beberapa hubungan pertemanan pecah karena memang ada masalah atau sekedar perbedaan visi/pendapat, namun ada pula yang tanpa masalah dan tiba-tiba hambar kemudian kamu sadar dia atau kawanmu menarik diri dari satu yang lain.

Sunday, October 13, 2024

Permohonan visa Schengen untuk kunjungan Orang Tua ke Jerman


Kali ini aku akan berbagi cerita termasuk tips & trik apply visa schengen melalui kedutaan Jerman berdasarkan pengalaman kami.
FYI, posisiku dan suami (WNJ) tinggal & sama-sama bekerja di Jerman. Kami berencana mengundang orang tua untuk mengunjungi kami selama 3 pekan saja. 
Semua persiapan dan pengurusan visa kami urus sendiri. Memang lebih banyak effort apalagi setelah rame-rame kasus yang diduga 'perdagangan manusia' beberapa waktu lalu, persyaratan apply visa semakin diperketat. 
Kalau kalian tidak banyak waktu dan males ribet, paling enak memang pakai jasa agen untuk persiapan dokumen karena memang ada beberapa 'trik' yang kita harus hati-hati dan teliti, misal dalam pembuatan cover letter. 'Orang agen' biasanya lebih berpengalaman membuat cover letter yang meyakinkan dan tidak ambigu. Nanti aku cerita lebih lanjut soal cover letter beberapa tips dari pengalaman kami.
Begitu juga dengan kelengkapan dokumen. 

Berikut ini langkah-langkah yang kami lakukan untuk apply visa schengen untuk kunjungan orang tua ke Jerman.

Saturday, April 27, 2024

Mudahkan jangan Dipersulit

Baru saja membaca sebuah tulisan singkat di Facebook yang dibagikan oleh seorang sahabat. Tulisan itu menceritakan seorang habib yang berdakwah di sebuah desa di Afrika. Seorang kepala desa mengatakan mau masuk Islam tapi tidak mau salat. Tanpa mempersulit, Sang Habib pun membimbing Sang Kepala suku bersyahadat. Saat Eid, Sang Habib mengajak Kepala Suku untuk salat Eid karena ringan, hanya dua rakaat. Kemudian pada Hari Jumat, Sang Kepala Suku mulai diajak lagi, karena sama ringannya dengan salat Eid, hanya dua rakaat. Kemudian Sang Kepala Suku mulai menambah salat mulai dari Magrib dan terus menambah ibadah tanpa ada paksaan.

Entah bagaimana kebenaran cerita tersebut, aku mendapatinya masuk akal dan setuju dengan pesan yang disampaikan untuk tidak mempersulit orang masuk Islam dan mendapatkan hidayah. Kita manusia biasa yang tidak memiliki hak untuk menghakimi status spiritual seseorang. Apalagi dalam hal ini sangat mudah kita merasa mendapat hidayah lebih dulu kemudian merasa cukup 'senior' untuk mengajari tentang agama kepada mualaf atau orang yang baru 'hijrah'.

Bagiku, cerita itu memberi kesan yang lebih karena tepat seperti pengalaman pribadi. Aku dan suami adalah teman baik sebelum kami mulai ada rasa dan memutuskan untuk menikah. Saat itu, suami seperti pada umumnya pemuda Eropa masa kini, agama bukan lagi untuk diimani dan menikah hanyalah masalah administrasi dan keuntungan pajak. Sedangkan aku, dari kecil dibesarkan di lingkungan yang beragama dan sangat mensakralkan konstitusi pernikahan.  Sehingga jelas dari awal kami tak ada niatan untuk hubungan yang lebih dari teman.

Tuesday, March 28, 2023

Terima Kasih

Delapan tahun lalu
Di bawah naungan langit biru
Sakura mankai menyambut 
Merayakan delapan tahun 
Mimpi-mimpi yang menunggu
Menoreh kisah-kisah baru

Di negri sakura
Tempat jiwa muda itu bertumbuh dan mengelana
Merasa suka dan duka
Tempat hati hati pernah bersua
Namun pernah juga terluka

Luka yang menempa menguatkan
Jiwa-jiwa baru mengisi kehampaan
Menebar warna-warni kehidupan
Sungguh nikmat tuhanmu yang mana kah
yang kamu dustakan?

Terima kasihku untukmu
Jiwa-jiwa pengisi relung hidupku
Di negri yang kusebut rumah keduaku
Doaku bersamamu
Rahmat Allah selalu menyertaimu
Wahai sahabat-sahabatku

Sakura mankai
Kecantikannya mengikat hati
Kali ini mengantarku pergi
Menuju belahan jiwa yang t'lah menanti
Kuharap ku kan kembali
Suatu saat nanti
Jika Allah menghendaki


--
Pada suatu semi
Shofi





Friday, August 26, 2022

Umroh Patah Hati (Part 1)


Prolog

Sebut saja namanya Mawar, gadis berusia 26 tahun yang bercita-cita nikah muda yang tak kunjung menemukan/ditemukan tambatan hatinya. Sejak SMA Mawar sudah aktiv di organisasi keislaman dan sudah sangat 'teracuni' dengan konsep nikah muda. Salah satu model yang menjadi salah satu motivasi terbesarnya adalah ibu sahabatnya. Ibu dari sahabat Mawar ini menikah di usia 21 dan miliki 5 orang anak. Kita sebut saja ibu Dewi. Di mata Mawar, ibu Dewi adalah sosok bidadari dalam bentuk manusia dan idaman semua anak seumuran Mawar. Pada saat itu, belum populer ilmu-ilmu parenting masa kini yang mengharamkan tindak 'kekerasan' verbal, visual, maupun mental. Tentu saja Mawar sangat mencintai ibunya, tapi semakin sering Mawar menginap di rumah sahabatnya dan melihat bagaimana ibu Dewi bersikap dan mendidik anak-anaknya, tak ayal membuat Mawar terkadang membandingkan bagaimana ibunya bersikap kepadanya dan adik-adiknya.

Tapi kita tidak akan membicarakan soal bagaimana ibu-ibu itu mendidik anak-anaknya. Intinya, semakin mengamati ibu Dewi, diam-diam Mawar mengidolakannya dan ingin mengikuti jejaknya untuk menikah di usia muda. Tentu saja wacana nikah muda juga didukung dengan lingkaran pertemanan dan kegiatannya yang memang membuat Mawar tak tertarik untuk menjalin hubungan asmara atau sekedar hubungan yang melibatkan rasa. Idealismenya kukuh, tidak ada pacaran (apa pun bentuknya) sebelum menikah, perlahan tapi pasti membentuk benteng kokoh di hati yang tampaknya tak tertembus. 

Wednesday, August 3, 2022

Menuju Tahun Ketiga

Salzburg, 2022

"Why are you crying?" tanyanya panik melihat air mataku yang meleleh begitu saja.

Aku membiarkannya memelukku untuk menenangkanku yang semakin sesenggukan. Meskipun panik, ia sabar tak memberondong pertanyaan alih-alih menungguku menjawab setelah tenang. Salju di luar pun nampaknya sehati dengannya, seolah menanti jawabku.

Kubalas pelukannya sesaat kemudian. "I am very grateful for what Allah has given to me. You ... are more than what I want and need. You are the answer to my prayers. Only that Allah gave me more than what I have ever expected," kataku akhirnya. "And I couldn't hold my tears ... because of happiness and gratefulness."

Salju di luar mulai turun seiring dengan semakin erat pelukannya menambah syahdu malam itu. Baru satu pekan usia pernikahan kami saat itu. Pernikahan yang kami putuskan dalam sekejap mata seolah tanpa pikir panjang. Meskipun hampir satu tahun kenal dan berteman, tak ada kisah romantis sebelumnya hingga ia beranikan melamar langsung ke bapak, sekitar sepekan sebelum tiba-tiba menikah. Lamaran cowboy yang harus kuterjemahkan sendiri dari seorang 'kawan' dengan kaos oblong dan celana pendek kepada wali atas hidupku saat itu, sang bapak. 

Banyak percakapan, diskusi, dan curahan hati selama kami berkawan yang akhirnya mengarah ke perbincangan serius tentang kemungkinan mengarungi masa depan bersama. Seperti umumnya orang barat yang tidak betul-betul meyakini agama, awalnya pernikahan bukan menjadi prioritas hidupnya.  Sementara itu aku yang memilih nilai-nilai Islam sebagai pedoman hidup, memandang pernikahan adalah salah satu tujuan hidup (kalau bisa).  Meskipun tak menisbatkan diri pada aturan agama tertentu, ada nilai-nilai yang dia pegang dalam hidup diantaranya menjadi manusia yang bermanfaat dan tidak merugikan manusia lain maupun lingkungan. Prinsip hidup yang pada dasarnya sejalan pula dengan nilai-nilai Islam yang kupegang. Namun, memilih Islam berarti memilih untuk taat dengan aturan yang ditetapkan Allah sesuai Al-Qur'an dan sunnah. 

Sunday, January 2, 2022

Wahai Jarak, Enyahlah!

Long distance marriage atau lazim disingkat LDM adalah istilah untuk mendeskripsikan pasangan suami istri yang tidak tinggal bersama karena jarak fisik yang memisahkan. Ada pasangan yang melakukan LDM karena pilihan, misalnya akibat pekerjaan, dan ada juga yang terpaksa karena keadaan, misalnya akibat pandemi.

Keputusan LDM itu sendiri sudah bukan opsi ideal dan menyenangkan untuk pasangan yang sudah menikah apalagi bagi yang harus melakukannya karena terpaksa. Hal ini dapat memicu stress dan ketidakstabilan kesehatan mental. Belum lagi dengan ketidakbebasan berperjalanan karena pandemi menimbulkan perasaan terpenjara di udara terbuka. Pertanyaan “kapan bisa bertemu?” yang secara konstan terngiang seolah menjadi mimpi buruk karena tak ada jawaban pasti.

Namun, things happen with a reason. Selalu ada pelajaran yang bisa diambil dari setiap kejadian. Sebagai pengantin yang baru beberapa bulan menikah kemudian terpaksa harus dipisahkan oleh jarak karena pandemi, ada setidaknya tiga pelajaran penting yang dapat saya ambil.