Monday, January 27, 2020

Tutorial Lanjut Studi S2/S3 di Jepang - Setitik Pencerahan bagi yang Kurang Beruntung di Akademik tapi tetap Ingin Sekolah (kalau bisa ga Pakai Bayar)

Panjang ya judulnya. Biarlah. Karena tulisan berikut ini memang berusaha memberi harapan bagi yang biasa aja alias pas-pasan di bidang akademik dan tak berharta macam Sultan macam yang nulis ini. Jadi, sebelumnya saya pernah share tentang pengalaman bisa sampai sekolah di Jepang tanpa beasiswa penuh dengan dana yang sangat pas-pasan (bisa dibilang minus malah). Kali ini, saya ingin berbagi informasi yang lebih detail dan praktis mudah untuk diikuti. Tutorial ini utamanya untuk yang ingin sekolah ke Jepang. Tapi, informasinya boleh lah dimodifikasi sedemikan rupa sehingga bisa ditargetkan untuk negara lain.

Sebelum lanjut baca, baca dulu disclaimernya ya.
Disclaimer: "Postingan ini hanya berdasarkan pengalaman dan pengamatan pribadi. Keakuratan informasi kurang bisa dipertanggungjawabkan. Sehingga, segala resiko mengkuti tutorial ini silakan ditanggung sendiri."
Baiklah. Sudah paham disclaimernya? Kalau sudah paham, sudah siap menyerap informasi? Cuss!!!

Langkah-(-1): Siapkan NIAT
Ini PENTING!! Seperti tersebut di dalam Hadits Arbain nomer 1, bahwa setiap amalan tergantung daripada NIAT. Jadi tanya lagi pada diri sendiri, sungguh inginkah diri ini kuliah di Jepang? Untuk apa kuliah ke Jepang? Ngapain harus jauh-jauh sekolah ke Jepang toh di Indonesia banyak kampus bagus juga? Trus kalau sudah sampai Jepang mau ngapain? Siap LDR sama orang tua, kakak, adek dan orang-orang tercintanya? Yang mau ditinggal pun apakah sudah siap dan ridho? Siap dengan kehidupan di Jepang? Siap menghadapi kemungkinan terburuk? dan pertanyaan-pertanyaan lain.
Tanya tanya sendiri, jawab jawab sendiri. Dan jawabnya harus yakin juga! Satu pertanyaan saja yang ragu kamu jawab, membuat langkahmu pun tak mantap.

Kenapa niat sangat ditekankan? Menurut pengamatan bodon saya, banyak dari teman-teman yang ingin lanjut kuliah tapi tidak permah mantab melangkah, padahal kadang ada jalan di depan mata. Kalau kamu juga merasa seperti itu, ingiiiiiiin sekali kuliah ke Jepang tapi masih juga diam di tempat, coba sekali lagi tanya pada dirimu. Apakah kamu benar-benar menginginkannya?

Langkah-0: Pilih "Jalan TOL" atau Jalan Umum
Yes. Sederhananya, yang dimaksud jalan TOL di sini adalah jalur beasiswa, sedangkan jalan umum adalah jalur non-beasiswa. Meskipun namanya jalur-rakyat-jelata, bisa jadi secara materi lebih mahal dibanding dengan jalan tol. Namun jalan tol pun tak murah, Ferguso. Kau harus bayar dengan kerja keras, otak cerdas, jaringan luas, dan segepok keberuntungan. Kalau mau yang jalur-rakyat-jelata tapi yang ga mahal-mahal amat, maka kerja keras dan doa Anda harus berkali-kali lipat lebih besar. Untuk memberi gambaran umumnya, silakan amati Gambar 1 di bawah ini.
nur.karimah777.blogspot.com
Gambar 1. Jalur Studi (klik pada gambar untuk gambar lebih jelas)



Jalan TOL
Jujur sebenarnya kurang paham juga untuk jalan TOL kerana saya sendiri tak pakai jalan ini. Tapi sepengamatan saya, jalur beasiswa ini lebih mudah jikalau kita berasal dari kampus yang punya banyak link dengan kampus di luar negeri. Kalau pinter sih, atau minimal memenuhi syarat, bisa saja beasiswa sendiri. Kalau Jepang, minimal ada beasiswa LPDP dan Monbukagakusho: MEXT. Silakan cari sendiri ya detail informasinya >_<.

Jalan Umum
Seperti informasi pada Gambar 1, jalan umum dibagi menjadi 2 jalan: Jalan Sultan dan Jalan Rakyat Jelata. Pada dasarnya kedua jalan ini sama sih. Sama-sama bayar sendiri seperti kalau kita cari kampus di Indonesia. Bedanya antara Jalan Sultan dan Rakyat Jelata adalah "modal awal".
Jalan Sultan, bisa langsung cari supervisor, ikut pendaftaran dan ujian masuk. Sedangkan untuk Rakyat Jelata, yang penting sampai di kampusnya dulu, misal daftar sebagai research student dulu atau sekolah bahasa dulu. Meskipun dibilang jalan rakyat jelata, tetap saja perlu uang yang tidak sedikit. Tapi percaya lah, kalau beneran niat masih tetap bisa kok. Tapiiiiiiiiiiiiiiii ini saran saya ya, Jangan coba-coba jalan rakyat jelata kalau sudah berkeluarga dan tidak ada back up pendapatan. Terlalu beresiko. Tapi jika Anda masih sendiri, muda dan berbahaya, boleh lah take more challenge in your life. Jadi yang jomblo nih, tak selamanya jomblo itu merana, bisa coba lebih banyak tantangan macam ini. Tak usah kau risau akan jodoh dan umur. Tetap ikhtiar semampumu, minta terus sama Allah, tapi jangan juga berhenti meraih mimpi ;) .

Intinya, Langkah 2 ini adalah memikirkan dari mana sumber keuaganmu nanti. Seperti yang sudah terpampang nyata pada judul, artikel ini akan fokus pada Jalan Umum dimana kita harus mandiri dan berdikari mulai dari mencari professor/supervisor, daftar kampus, ujian masuk, dst.

Langkah-1: Cari Supervisor/Professor
Setalah niat dan putuskan kira-kira jalan mana yang akan ditempuh. Saatnya kita hunting Professor. Langkah pertama untuk memilih professor adalah kunjungi website kampus yang dituju > pilih jurusan yang diinginkan > cari daftar professor. Kali ini saya contohkan kampus Japan Advanced Institute of Science and Technology (JAIST). Kalau ingin kuliah di JAIST bisa pilih-pilih profesor di sini. Silakan pilih sesuai minat.

Sebenarnya lebih mudah lagi kalau kita punya kenalan mahasiswa di kampus itu. Karena professor itu tiap harinya bisa ada 200 email masuk. Jadi kemungkinan besar emailmu diabaikan sangat besar. Jadi kalau punya kenalan di kampus tersebut, bisa minta tolong teman untuk "colekin" professornya biar emailmu dinotice. Kalau tidak ada kenalan, maka kirimlah email ke banyak-banyak professor. Tapi tiap emailnya jangan template ya. Sesuaikan dengan riset Professor yang kamu email. Lelah? memang. Makanya kalau ga ada niat kuat memang berat.

Untuk contoh mulai email ke professor, kamu bisa merujuk Scholarship Hunter Guide dari Pak Sunu Wibirama. Bisa langsung lompat dari halaman 49 untuk langsung menulis email ke Professor. Di ebook tersebut juga dijelaskan kisaran biaya hidup di beberapa negara. Catatan tambahan, guide tersebut dibuat tahun 2009, jadi mungkin ada beberapa informasi yang belum update.
Jika kita belum punya beasiswa/funding di awal, sebenarnya bisa saja menanyakan ke Professor apakah beliau ada project. Tapi saya kurang menyarankan untuk menanyakan tentang hal ini di awal karena kemungkinan kecil sekali seorang professor kasih project berbayar ke seseorang yang belum dikenal kemampunannya, apalagi kalau record akademik kita biasa saja. Jadi minimal, kita harus punya tabungan awal untuk kita bertahan hidup di negara antah berantah.

Langkah-2: Degree/Non-Degree
Sambil menunggu balasan dari professor, bisa kita menimbang-nimbang untuk langsung jadi degree-seeking student (S2/S3) atau non-degree-seeking student (research student/sekolah bahasa). Keduanya ada pros & cons. Tapi kalau tabungan tak seberapa dan merasa belum belum percaya diri kembali ke dunia akademisi, saya sarankan untuk ambil non-degree dulu sambil persiapan untuk cari beasiswa dalam negeri dan juga persiapan ujian masuk. Biasanya dari kampus ada beberapa beasiswa yang ditawarkan untuk semua mahasiswa, termasuk beasiswa dari JAIST. Jika Professor yang dituju sudah merespon dengan baik, bisa saja ditanyakan mengenai beasiswa dari kampus ini saat korespondensi dengan beliau.

Sebagi tambahan, di Jepang (kurang tahu kalau di negara lain) sebenarnya banyak sekali beasiswa dari perusahaan-perusahaan Jepang. Biasanya dari Student Section akan broadcast informasi beasiswa. Umumnya, beasiswa diperuntukkan untuk admission bulan April setiap tahunnya.

FYI, tahun ajaran di Jepang umunya dimulai bulan April. Untuk beberapa Graduate School macam JAIST ini, ada 2 admission: bulan April dan Oktober. Jadi pantengi juga jadwalnya ya.

Bayar bayar bayar
Sabagai pertimbangan memilih antara degree/non-degree, berikut informasi biaya untuk S2/S3 dan biaya Research Student.  Komponen yang harus dibayar rata-rata sama, yaitu Screening Fee, Entrance Fee dan Tuition Fee. Yang membedakan adalah nominalnya, bisa jadi tergantung kampus, jurusan, degree/non-degree.
Screening fee bisa disebut biaya pendaftaran. Jadi mau lanjut atau tidak, kalau mau masukin dokumen pendaftaran ya bayar screening fee gitu.
Entrance Fee bisa disebut uang masuk. Jadi bayar sekali di awal masuk setelah dinyatakan lulus ujian.
Tuition Fee atau SPP atau semesteran bisa dibayarkan bulanan, per-semester, atau per-tahun tergantung kebijakan kampus. Kalau di JAIST, untuk S2/S3 tuition fee dibayarkan per semester dan setiap semesternya boleh mendaftar KERINGANGAN (tuition fee reduction). Jadi kalau aplikasi keringanan kita diterima, kita cuma bayar SEPARO!!! (Sale 50%!!!)
Sedangkan tuition fee untuk Research Student dibayarkan per tiga bulan dan tidak ada keringanan biaya.

Jadi silakan dipertimbangkan matang-matang yes.

Langkah-3: Perisapkan semua dokumen pendaftaran dan ujian
Yang tak kalah penting dari semua langkah itu adalah persiapan ujian. Untuk non-degree-seeking rata-rata tidak ada ujian masuk. Tapi tetap perhatikan juga jadwal pendaftarannya.
Untuk JAIST, silakan cek dokumen apa saja yang dibutuhkan dan jangan lupakan tanggal-tanggal pentingnya.

Langkah-4: DOA (Selalu dan paling utama)
Dan ingat segala keputusan ada di tanganmu (tapi hasil akhir tetap Allah yang punya ya) jadi, mantapkan niat, maksimalkan usaha dan doa. Tapi jangan lupakan Tawakkal biar ndak stress.

Good luck!!!

Semoga bermanfaat ^_^




No comments:

Post a Comment