Sunday, May 24, 2015

First Welcoming Party

Ah.. hangatnya hari ini. Ya, hari ini seharian (kecuali saat subuh) bahkan sampai malam pun cuaca hangat. Cocoklah untuk badan tropis :D
Di hari yang alhamdulillah hangat ini kami di lab merencakan pesta kecil-kecilan. Benar-benar kecil-kecilan, Semua anggota lab berkumpul di ruang tengah sambil makan jajanan ini itu seperti ciki-cikian , aneka sushi (instan), jus, yogurt dan tentunya adalah alkohol >,<

Aneka makanan ringan tadi tentu saja tidak datang tiba-tiba. Harus ada beberapa volunter yang belanja dengan uang hasil patungan :D
Iyaa patungaaan..... Biasanya total belanjaan akan dibagi sesuai jumlah peserta pesta. Tentu saja pembagian jumlah patungan tidak rata. Berhubung penganut makanan halal lumayan banyak di lab ini,so ada kesepatakan (entah sejak kapan) perbedaan uang patungan berdasarkan kita minum alkohol atau tidak.

Pengalaman ikut party, akunya sih lebih banyak diam, selain karena masih keterbatasan vocab juga karena aku masih malu-malu dan jaim, ufufufufu

Di pesta pertama itu kami hanya ngobrol ngalor ngidul sesuka hati. eh? pertama? yes, karena setelah yang pertama selanjutnya adalah yang kedua :P

Kalau pesta pertama kami punya setidaknya 4 (atau 5 alasan) party itu diadakan. Nah, awal bulan Mei kita mengadakan pesta lagi dengan alasan 'kita punya kalender'. Aku tak menemukan alasan lain selain memang karena 'kita-sudah-punya-kalender-jadi-mari-berpesta'. Karena pemberitaan yang mendadak melalui email di pagi hari "Kalender sudah jadi. Nanti malam kita party, silakan pilih mau jam berapa", dan bapak-bapak muslim ada agenda JAIST Muslim Club jadi yang datang cuma sedikit.

Credit : by www.keepcalm-o-matic.co.uk
Apa yang kita lakukan? Nanti akan kuceritakan. Tapi sebelumnya aku cerita dulu obrolan-obrolan saat pesta pertamaku di bulan April.


Halal or Not

Itu lah hal pertama yang harus diperhatikan bagi muslim di manapun. Untuk menjamin halal tidaknya makanan yang disediakan di party salah satu volunteer tukang belanjanya adalah seorang muslim yang bagus bahasa Jepangnya dan harus bisa baca beberapa kanji.
Waktu pesta pun tiba dan aneka makanan sudah memenuhi meja tengah. Keributan pun berawal dari sini.

"Hasan, we cannot drink this," Kata salah satu muslim kepada volunteer yang beli tadi. Ternyata minuman tersebut terdapat semacam pengemulsi yang harus dicek dulu pengemulsi terbuat dari apa. Cara ceknya adalah telepon ke produsen produk tersebut. Karena waktu itu sudah di luar jam kerja dan tidak bisa telepon ke kantornya langsung, akhirnya kami memilih jalan aman untuk tidak mengkonsumsinya.

Peserta pesta pun, terutama anggota lab baru, ikutan bertanya-tanya. Bagi anggota lab yang sudah lama biasanya sudah tahu apa saja yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi orang Islam. Namun ya tetap saja mereka tidak tahu detailnya.

apa sih apa sih? kenapa ga boleh minum ini? kan ga ada wine nya...

emang apa saja yang ga boleh kalian minum?

kalau daging kalian juga ga makan? kalau ikan?

"Sebenarnya kami boleh makan daging kecuali babi. Tapi cara sembelihnya ada aturannya. Jadi lebih aman kita ga makan daging. Kalau ikan kita boleh," Jawab salah seorang brother.

Jadi kalian ga makan ayam itu?

"ga."

"Oke, berati ayamnya untukku." *aku curiga ini adalah maksud tersembunyi dari pertanyaan-pertanyaan sebelumnya :D

Begitu lah setiap ada pesta pasti yang menjadi keributan di awal adalah
which one is halal which one is not
Alhamdulillah mereka menghargai prinsip kami.



Waktu Sholat

Tiba waktu maghrib. Semua brothers pamit mengundurkan diri dari pesta sejenak untuk melaksanakan sholat berjamaah. aku? Karena musholanya kecil, dan sepertinya aku satu-satunya muslimah yang sholat, jadi aku memilih sholat setelah bapak-bapak itu selesai sholat.

Selesai sholat sebagian brother tadi balik ke pesta dan gantian aku yang ijin untuk sholat. Setelah sholat karena pesta belum selesai, masih pada ngobrol-ngobrol, aku kembali menggabungkan diri.

Beberapa menit kemudian masuk waktu Isya. Sang Brother ijin lagi untuk sholat.

"again?"

"yes, we have 5 times pray in a day."

"can you combine your pray?"

"No," jawab brother sambil lalu.

Kemudian aku menambahkan kalau sebenarnya kita bisa menggabungkan ibadah kita yang 5 itu jika dalam perjalanan yang jauh dari rumah kita jadi hanya tiga.

"What? ONLY three? Errr..... Oke ." Hahaa mereka merasa tiga kali dalam sehari masih terlalu banyak.


Puasa

Seperti umumnya orang ngobrol yang non tematik, obrolan ngalor ngidul ini entah bagaimana bisa sampai pada bahasan puasa. Sensei yang sudah banyak berinteraksi dengan muslim sudah sangat paham tentang puasa. Tidak boleh makan dan minum dari terbit matahari hingga terbenam.

"All the day!!!!! Even just drink!!!!!," Seru kawan dari Cina yang belum ada setahun di lab ini terkejut.

"Yes, no eat, no drink all the day," kata sensei. "I think it bit same with Catholic. They also have fasting day."

"Yes we have. But it different. We only not eat some of foods. Not all of food.."

"And just a week," Protes para penganut Katolik dari berbagai negara.

"Yes, no eat no drink for a month," tambahku sambil nyengir

"For A MONTH!!!! NO EAT?? NO DRINK??? HOW CAN???"

"Hey, you can eat and drink everything at all night."

"you eat all night? then when you sleep?"

Zzzzzzztttt........tidur ya tidur aja keles seperti malam-malam biasanya...

"Can you switch when you fasting at night and eat at day? 

"Can you sleep when you are fasting?"

"No, we cannot switch the time of fast but you may sleep when you are fasting"

"Wow if I were you I will switch my sleeping time then."

Begitulah, mereka yang belum terlalu kenal dengan orang Islam ternganga-nganga melihat peraturan yang mungkin bargi mereka di luar nalar. Mungkin hal-hal seperti sudah pasti dialami muslim di manapun yang berada di negara yang tidak/belum mengenal Islam. Sering mendengar cerita-cerita orang tentang hal-hal seperti ini, tapi ketika mengalaminya sendiri, sungguh experience yang menarik bagiku. Tapi di sisi lain ada ketakutan juga karena jangan-jangan penjelasan-penjelasanku malah membuat mereka takut :-(

Javanese and Bahasa Indonesia

Oiya, ada waktu ketika aku sebagai member baru memperkenalkan diri. Kusebutkan nama lengkapku pelan-pelan (karena nama lengkapku termasuk cukup sulit bagi mereka) dan kujelaskan sedikit artinya ketika ada yg bertanya apa arti namaku yang sebenarnya diambil dari Bahasa Arab itu.

"And she is Javanese too," Kata brother dari Indonesia menambahkan keterangan pada perkenalanku.

Entah pernah ada obrolan apa tentang Javanese sebelumnya aku melihat mereka berseloroh tentang Java as a name of a programming language, jadi aku tambahin aja "Yes. I am Javanese and always use java language. Not MATLAB." Mereka pun tertawa, karena mungkin MATLAB menjadi bahasa yang wajib di samping bahasa-bahasa pemrograman lain di lab ini.

Saat itu brother dari Jawa sempat nyeletuk kalau Javanese juga punya huruf sendiri tapi kita sudah tidak pakai. Namun, celetukan itu menimbulkan pertanyaan menohok yang membuat kami speechless selama beberapa detik.

"Do you regret?"
 Jlebh!! kami yang orang-orang Jawa tak tahu harus jawab apa, sampai sensei yang melontarkan pertanyaan tadi mengulang pertanyaannya.

"Do you regret that your character is not used anymore?"

Setelah cukup lama terdiam akhirnya salah satu dari kami menjawab, "Yaa.... we regret it now"

Kemudian aku buru-buru menambahkan kalau sebenarnya kita masih pakai huruf jawa kok.... tapi...

" In school. Just for exam, then we cannot remember the character anymore,"

Baiklah... pernyataan yang tidak memperbaiki keadaan. Namun setidaknya, membuatku sadar ada satu kekayaan budaya kita yang sadar atau tidak mulai hilang.
Bisakah kita memperbaikinya??
Semoga kita bisa.... harapku.

Dari obrolan javanese ini kemudian menimbulkan bahasan baru, Bahasa lokal masing-masing anggota lab. Di Lab kamu ada orang Jepang, Amerika, Mexico, Spanyol, Vietnam, Indonesia, dan tentu saja Cina. Yes chinese is everywhere. Akhirnya kami coba semacam experience...

"So, when you come to your country and parents or people ask what is your school, how you say JAIST in your local language? It become JAISTO for Japanese"

Kemudian kami satu-satu mendemokan kata JAIST dalam bahasa kami. Karena baik dalam Bahasa Jawa maupun Indonesia kita tidak mengenal "huruf pantul" jadi sebagian besar kita, Indonesian, tidak perlu repot-repot memperjelas huruf "T" pada JAIST.

"We say sound like JAIS without T," kataku

Begitu pula dari mexico yang huruf J terdengar seperti Y, Cina yang tidak ada kanji JA sehingga membuat mereka memaksa orang-orang di negara mengenal kosakata baru atau jika sedikit maksa dengan kanji yang sudah ada itu pun kedengaran sangat klasik. Salah satu teman Chinese mempraktikkannya mengucapkan JAIST dengan maksa pakai kanji klasik dan hasilnya kita semua tertawa, karena cara dia ngomong logatnya jadi berasa kita nonton film Wong Feu Hung.

Selanjutnya aku sudah mulai lupa apa saja kita obrolkan. Sebenarnya aku masih mau cerita tentang 2 party games yang kami mainkan di party keduaku bulan Mei ini. Tapi aku juga mulai bosan eh, jadi yasudah kita akhiri saja dulu ya.

Salam ^___ 
^





No comments:

Post a Comment