Saturday, April 5, 2025

[Liburan] I - Balada Pesiar Perdana

Dua tahun yang lalu bapak mertua ngide trip kapal pesiar dengan mengundang semua anggota keluarga, yaitu istri, dua anak, dua menantu, dan dua cucu. Rencana awalnya untuk trip tahun 2024, tapi karena tahun itu anak sulungnya (suamiku) baru mulai kerja, agak ga enak kalau langsung ambil libur. Jadi tripnya diundur tahun 2025, tahun ini.
Hampir semua perencanaan hingga pembiayaan utama bapak mertua yang urus. Kami, anak-anak dan menantu, hanya ikut planning akhir mengenai kegiatan apa yang akan kita lakukan selama sepekan perjalanan, termasuk reservasi beberapa servis tambahan.

Dua Pertimbangan Utama
Tentu saja bapak mertua tidak mengurus semua detail perjalanan. Kebetulan sahabat adik ipar kerja di agen wisata. Jadi bapak mertua tek-tok-an dengan sahabat dari adik ipar itu untuk perencanaan dengan beberapa pertimbangan. Dalam perencanaan trip kali ini, ada dua pertimbangan utama, yaitu waktu dan tujuan.
Pertimbangan pertama: trip harus dilakukan sebelum keponakanku yang paling tua masuk sekolah September 2025 ini. Alasannya, kalau sudah masuk sekolah, tripnya harus mengikuti waktu libur sekolah, yang mana akan ada perubahan pembiayaan secara signifikan 😂.
Pertimbangan kedua: karena hanya aku satu-satunya yang berpaspor ijo, maka harus dipertimbangkan tempat-tempat yang aku tidak perlu visa tambahan 😂.
Dari kedua pertimbangan tersebut, akhirnya dipilihlah trip pada akhir Maret awal April 2025 ke Kepulauan Gran Canaria (Spanyol) dan Pulau Madeira (Portugal) yang masih anggota uni eropa.

Day 1
Keluarga adik iparku berangkat dari rumahnya ke rumah mertua hari Kamis (H-2). Maklum, mereka ada dua toddler yang perlu dikondisikan, sehingga berangkat lebih awal. Sedangkan aku dan suami berangkat hari Jum'at sepulang kerja (H-1). 
Sekitar pukul 21:30 aku dan suami sampai di rumah mertua. Kami makan malam sebentar dan segera tidur karena esoknya harus bangun pukul 2 pagi. Paling lambat pukul 3 pagi kami harus sudah keluar rumah menuju ke bandara Munich, sekitar 45 menit dari rumah mertua. 
Hari H itu hari terakhir Ramadan, sehingga aku dan suami masih berpuasa. Kami pun makan sahur di bandara setelah check in pesawat. 
Perjalanan udara dari Munich ke Gran Canaria memakan waktu sekitar 5 jam. Sekitar pukul 11 pagi alhamdulillah kami mendarat di Gran Canaria dengan selamat.
Dari bandara, sudah ada beberapa bus menjemput para tamu kapal untuk menuju ke kapal. Ya, bisa dibilang, hampir semua penumpang yang satu pesawat dengan kami adalah para tamu dari kapal pesiar yang sama 😂.
Kata suami, kebanyakan turis di Gran Canaria adalah orang-orang Jerman. Katanya, ga kerasa liburan ke luar Jerman. Ketemuanya orang Jerman lagii orang Jerman lagi 😜.

Manual Check-in 
Sesampainya di dermaga, kami diarahkan ke sebuah tenda besar tempat untuk check in pagi penumang baru dan security check sebelum memasuki kapal. Tergantung pelabuhannya, kadang-kadang penumpang lama yang sudah mempunyai boarding card bisa langsung melewati security check tanpa ikut antri bersama para penumpang baru yang harus check in dulu untuk mendapatkan boarding card. 
Saat itu aku kurang memperhatikan apakah penumpang lama ikut antri dengan kami para penumpang baru. Yang jelas antriannya cukup panjang tetapi relatif cepat. 
Tenda tempat Check in dan security check sebelum masuk kapal

Setelah antrian panjang tapi tidak lama, tibalah giliran kami untuk check in. Proses check in sebenarnya cukup cepat. Ada beberapa staf yang berdiri di meja tinggi. Para tamu tinggal mendatangi salah satu staf yang free, kemudian staf akan memindai Ausweis (semacam KTP) dan ambil foto dari hp mereka. 
Kami pun mengumpulkan kartu identitas kami ke petugas untuk dipindai. Karena hanya aku yang bukan orang Jerman, aku mengumpulkan Aufenthaltstitel, kartu ijin tinggal yang bentuknya juga mirip-mirip Ausweis juga.
Di urutan pertama, bapak mertua check in. Kemudian ibu mertua, kemudian aku. Petugas mencoba scan Aufenthaltstitel-ku tapi gagal terus dan meminta pasporku untuk dipindai. Tapi tetap gagal.
Akhirnya petugas itu melaporkan ke staff yang lain. Staff yang dilapori kemudian mengambil Aufenthaltstitel dan pasporku dan membawanya entah ke mana. Mungkin dilaporkan lagi ke yang lebih berwenang 😂.
Sambil menunggu, petugas yang melayani check in kami tadi melanjutkan check in anggota keluarga yang lain, adik ipar, keponakan-keponakan dan suamiku. Hingga semua sudah selesai check in, masih belum ada kabar dari staff yang membawa pasportku 🥲. 
Sambil menunggu, kami ngobrol basa basi dengan petugasnya. Perasaanku dan suami sih biasa saja karena ini bukan kali pertama aku 'bermasalah' dengan checkin 'normal'. Entah karena nama, karena paspor atau karena visa. Tapi Bapak mertua nampak sedikit khawatir karena ia menghela napas lega paling keras ketika petugas yang membawa pasporku kembali dan mengabarkan bahwa check in sudah berhasil dilakukan secara manual 🤭. Kata petugasnya, karena pasporku non-EU, jadi harus check in manual.
Setelah berhasil check-in kami mendapat boarding card yang adalah kartu sakti bagi setiap penumpang karena kartu itu adalah kunci kabin dan berisi semua data termasuk data transaksi. Selama di kapal, kartu sakti ini harus selalu dibawa entah untuk keluar masuk kapal, keluar masuk kabin, hingga pesan makanan dan minuman di dalam kapal.
Boarding card kapal


Singkat cerita, sekitar pukul 1 siang, kami sudah masuk ke kabin masing-masing. Bapak dan ibu mertua satu kabin, aku dan suami satu kabin, dan adik ipar dengan suami dan dua anaknya satu kabin.
Karena sudah masuk jam makan siang mertua dan adik ipar sekeluarga langsung beredar menuju salah satu restoran untuk makan siang. Sedangkan aku dan suami gegoleran saja di kabin. 

Emergency drill
Satu jam dua jam... capek juga gegoleran. Padahal waktu berbuka masih 3-4 jam an. 
"Explore kapal yuk," kataku ngide.
Tapi sebelum kita keluar kabin, kami harus menyelesaikan 'tugas' membaca dan menonton video instruksi keselamatan. Seperti halnya kalau kita naik pesawat, semua tamu kapal wajib diinformasikan perihal prosedur keselamatan. 
Di dalam setiap kabin ada beberapa pelampung. Setelah menyelesaikan semua 'tugas' instruksi keselamatan di portal yang sudah disediakan, setiap tamu harus melakukan emergency drill, semacam pelatihan keadaan darurat.
Pelampung keselamatan

Setiap individu, termasuk anak-anak, harus memakai pelampung yang sudah disediakan di setiap kabin kemudian berkumpul di titik kumpul sesuai kelompok nomor kabin. Karena kabin kami sekeluarga berdekatan, titik kumpul kami sama, di titik kumpul C. 
Di titik kumpul, sudah menunggu beberapa petugas. Dalam kondisi darurat, setiap penumpang kapal akan di arahkan ke sekoci atau safety boat yang sudah disediakan. Namun, karena ini hanya drill (latihan), petugas hanya memindai barcode pada boarding card masing-masing penumpang sebagai tanda sudah menyelesaikan rangkaian instruksi keselamatan dan emergency drill.

Bertemu kru-kru dari Indonesia, Janjian Sholat Eid 
Selesai emergency drill, mulailah aku dan suami menjelajahi kapal yang memiliki total 20 dek itu. Dari 20 dek, dek 0-2 hanya untuk kru. Jadi bagi para tamu, elevator kami mentok di dek 3 - 18. Sedangkan dek 19 dan 20 bisa diakses tamu dari tangga luar untuk berjemur. FYI, dek 20 lebih spesifik lagi hanya untuk area FKK 🤭. Yang belum tahu tentang FKK, lain kali kita bahas FKK kali ya. Atau silakan cari tahu sendiri apa itu 🤪.
Kabin kami berada di dek 5. Seru! Karena cukup dekat dengan batas air, satu dek di bawah dek sekoci. Dari dek 5, kami mulai explorasi dari dek 6, 7, dst hingga dek18 (hari pertama belum tahu cara akses ke dek 19 dan 20 🤭).
Baru sampai dek 6, tiba-tiba ada mas-mas yang menyapaku dengan Bahasa Indonesia dan Bahasa Jerman. 

"Selamat Siang, guten Tag! Orang Indonesia ya?" 

"Eh iya... masnya Indo juga?" Tanyaku balik, masih loading kaget. 

"Iya, saya juga orang Indonesia," jawab masnya.

"Besok ada sholat Eid ga? Kami boleh ikut?" tanyaku langsung tanpa basa-basi. Diantara banyak pertanyaan ketika bertemu sesama orang Indonesia di antah berantah, entah mengapa pertanyaan itu yang meluncur dari mulutku. 
Ada lah sepersekian detik masnya nampak bingung dengan pertanyaanku yang di luar BMKG sebelum akhirnya kembali ke setingan wajah profesional. 

"Biasanya ada. Tapi ini masih izin kapten untuk pakai ruangannya."

"Kami boleh ikut?" tanyaku lagi. Setelah dipikir-pikir lagi kayaknya waktu itu aku nanyanya terkesan maksa 🙈.

"Nanti coba saya tanyakan dulu ya. Kayaknya sih boleh," jawab masnya ramah.

"OK, nanti aku tanya masnya lagi ya bisa atau ganya. Tapi gimana aku kontak masnya?"

"Oh saya selalu di restoran A di dek 8. Restoran kami termasuk yang banyak diminati, jadi harus reservasi dulu. Dan untuk minggu ini sudah full book. Tapi kalau kalian mau malam ini, sepertinya masih ada sedikit slot," jelas masnya yang tiba-tiba mempromosikan sebuah restoran. Meskipun agak bingung tiba-tiba ditawari info restoran, aku iyain aja.

"OK mas. Nanti aku ketemu masnya di restoran A di dek 8 ya. Bis Spater! sampai nanti!" Kami pun melanjutkan penjelajahan kami ke lantai berikutnya. Hampir di setiap sudut kapal, kami selalu bertemu kru orang Indonesia 😁. Senangnya... berasa mudik, apalagi sudah terbayang-bayang bisa ikut sholat eid bareng mereka 😆. Jujur, awalnya sedih karena tidak bisa ikut sholat Eid dengan teman-teman Indonesia yang tahun ini kebetulan pelaksanaannya dekat tempat aku tinggal. Bayangan akan ikut sholat Eid, alhamdulillah cukup mengobati kesedihan itu. 

Cerita day 1 ini belum selesai. Masih ada adegan makan malam di restoran A di dek 8 pakai jalur "ordal" dan sailaway yang berujung mabuk laut 😆. Tapi ceritanya lanjut ke part berikutnya ya.



No comments:

Post a Comment