Thursday, November 16, 2017

[Seri Romansa Mawar] - Candu Katanya

"Karena bersamamu adalah candu"
Itu adalah judul postingan di blog seorang mbakyu. Sepakat. Mawar merasa memang begitu. Bersamanya adalah candu. Mungkin. Mungkin. Mungkin begitu pun aku baginya, pikir Mawar. See! Betapa tidak sederhanannya pikiran wanita yang jatuh cinta. Perlakuan baik sekecil apa pun akan dia anggap sebagai perhatian lebih. Well, Mawar mengakuinya.

Baiklah, just for mentally satisfaction, biarkan Mawar bersama dengan imajinasinya dulu. Menurut pandangan mata Mawar -yang mungkin sedang tidak valid- memang dia juga menyukaiku. Apalagi seorang teman, Riya namanya, membocorkan hasil percakapannya dengan lelaki itu.

"Ibuku memintaku untuk segera menikah," katanya.

"Benarkah?" timpal Riya dengan sedikit senyum meremehkan, "tapi bagaimana kamu mau menikah sedangkan kamu sendiri belum bisa mengatur hidupmu sendiri? Memang kamu sudah siap menikah?"

"Belum. Hehe.... Makanya aku mau menikah dengan wanita sepertimu atau Mawar. Karena kalian itu mandiri dan teman yang baik. Kurasa saat ini aku lebih membutuhkan sosok teman..."

"Huh apa maksudmu? Kamu cari istri atau teman?" potong Riya.

"Ya istri yang bisa jadi teman....."

"Tapi kamu tidak bisa tidur dengan temanmu. Haha.." potong Riya lagi. Dan lelaki itu hanya bisa meringis.

Percakapan itu terhenti ketika Mawar tetiba datang. Saat itu Mawar tak tahu apa yang mereka bicarakan. Sebenarnya Mawar penasaran karena mereka secara tiba-tiba menghentikan pembicaraan ketika melihatnya. Tapi Mawar merasa mereka berdua tidak nyaman membagi cerita padanya, jadi ia tahan diri untuk bertanya. Baru beberapa hari kemudian Riya bercerita pada Mawar.


Hmm.... Sebenarnya, tanpa Riya bercerita, imajinasi Mawar sudah sejauh itu. Imajinasi bahwa ia pun menginginkannya. Lebih dari sekedar teman. Menjadi partner hidupnya di dunia dan akhirat. Tapi pikiran itu harus sekuat tenaga ia tekan. Mawar tahu bahwa membayangkannya saja tak boleh. Tapi kawan, sungguh itu tak mudah. Tak mudah menekan rasa apalagi kalau ianya sudah menjadi candu.

Suatu kali, dulu sekali dan hanya sekali dia melakukannya, menggombal. Entah dia serius atau main-main, tapi percakapan itu masih segar di ingatan Mawar.

"Mawar, kamu punya mie instan?" tiba-tiba pesan darinya muncul pada layar smartphone Mawar.

Mawar hampir membalas pesan itu ketika di saat yang bersamaan pesan lain darinya muncul di layar. "Atau sesuatu yang addictive seperti kamu."

Hmmm.... ini bukan pertama kalinya Mawar digombali. Normalnya, kalau digombali, Mawar akan balas dengan gombalan. Otak Mawar akan dengan mudah merangkai kata untuk membalas recehan tersebut. Tapi kali ini..... dari orang itu........ada rasa lain yang berbahaya jika dipelihara. Alih-alih menjawab pesan kedua, Mawar hanya jawab pesan yang pertama masuk.

"Aku sudah tidak punya stok mie instan. Aku kan mau mengikuti gaya hidup sehatmu, Mr. Healthy life."Aku tidak bohong ketika kukatan aku tidak punya stok mie instan. Tapi aku tidak bilang kalau aku tidak mengkonsumsinya lagi. Kalau ingin makan, ya tinggal beli. haha....

Sekarang coba lihat lagi betapa tidak sederhananya pikiran wanita yang sedang jatuh cinta. Normalnya, gombalan receh itu tidak akan membuatnya ber-ekspektasi lebih. Mungkin ia hanya iseng. That's all. Tapi tidak, Mawar yang pikirannya sudah teracuni ini berpikir bahwa ia pun memiliki rasa yang sama. Mawar pun merasa kehilangan dan mencari-cari sosoknya kala dalam beberapa waktu tak ada komunikasi. Bahaya kan?

Entahlah. Mawar pun masih bingung bagaimana harus bersikap. Sikap Mawar pada lelaki itu, tarik ulur. Maju mundur. Begitu pun yang Mawar lihat pada diri lelaki itu. Tarik ulur. Maju mundur. Tapi Mawar merasa, sadar atau tidak ada indikasi mereka sudah menjadi candu untuk satu sama lain. Entahlah....


<bersambung>

No comments:

Post a Comment