Saturday, April 11, 2015

[Nyampah Online] - Menjemput Sakura III

Aaaak sudah pagi..... aku belum tidur dan aku masih belum selesai bercerita?!?!?!?!? Subhanallah.....
Tapi kalau ga dilanjutin sekarang, trus kapan lagi...... Mumpung weekend sih, yowis sisan wae lah.

Maaf bukan maksud hati berbohong, hanya saja telah terjadi perubahan rencana. Yang tadinya mau diselesaikan 1 postingan akhirnya ceritanya molor jadi sampai part 3.

Mulai nge-Lab
Senin, 6 April 2015

Senin pagi aku sempat merutuki diri karena lupa tanya jam berapa seharusnya aku masuk lab. Tapi sepertinya aku pernah dapat info kalau masuk lab dari jam 9 a.m - 5.p.m. Oke jadilah aku berangkat jam 8 lebih dan jam 8.30 sudah sampai di depan pintu lab.

Klik. Teeeeet... Pintu terkunci. Coba kutempel stundent ID Card-ku tetap saja led warna merah menyala (kalau sukses berati warna ijo). Akhirnya kutunggu saja di depan lab sampai ada orang datang sekitar jam 9 lebih. Orang yang pertama datang itu, orang-orang memanggilnya Alan.

Pukul 11.00 aku ke ruangan HRD untuk semacam tandatangan kontrak dengann berbekal paspor saja. Saat tandatangan kontrak itu aku tahu aku seharusnya masuk jam 11 a.m.

Siangnya.Pak R yang seharusnya manjadi tutorku menampakkan diri untuk pertama kalinya. Beliau mengantarkanku ke Tsurugi untuk membuat hanko. Hanko adalah stempel pribadi seperti stempel-stempel pada umumnya yang berisi nama kita dalam Katakana. Di Jepang hanko digunakan sebagai pengganti tanda tangan. Dalam kasusku, hanko digunakan untuk tandatangan kontrak, membuat akun bank dan pengisian formulir-formulir lainnya. Benar-benar sebagai pengganti tandatangan.


JAIST Shuttle Tsurugi tidak perlu pesan dulu. karena jadwal pasti setiap haltenya sudah ada. Sampai di toko hanko kita bingung ngomongnya, karena Pak R ini meskipun sudah 3 tahun di Jepang, beliau belum juga bisa bahasa jepang. Terlalu sibuk riset kali ya.
Tapi Pak R sudah menyiapkan Katakana untuk namaku. Pak R memberi memberiku 2 opsi tulisan dan aku memilih yang pendek karena biaya pembuatan hanko tergantung berapa karakter yang akan dituliskan. Namaku jadi so-fui. Dengan menunjukkan tulisan sofui dalam huruf katana, si embah hanko pun paham dan  mengatakan hanko bisa diambil 2 hari lagi. Beliau memberi nota sebagai bukti pengambilan untuk hari Rabu. Setelah membayar 1000Yen, kami pun kembali ke JAIST dan sorenya mengikuti mini orientasi di International Student Section.

Di mini orientasi itu siswa baru diberi segepok formulir yang harus diisi. Termasuk formulir-formulir yang harus diisi di Balai Kota. Karena aku belum punya Resident Card, aku harus minta surat semacam Resident Card sementara untuk buka rekening bank DAN kartu perdana telepon seluler.
Jadilah hari Senin itu aku sibuk dengan urusan-urusan administratif.

Resident Card yang sebenarnya akan diuruskan oleh pihak balaikota Nomi ke Tokyo dan akan dikirimkan ke kotak suratku di dormitory.

Selasa, 7 April 2015

Nothing special. Seharian cuman mantengin netbook di lab.

Rabu, 8 April 2015

Jadwal ambil hanko dan buka rekening bank. Tapi tampaknya Pak R, tutorku, masih sangat sibuk. Jadi kuputuskan untuk pergi ke Tsurugi sendiri naik shuttle bus. Beruntung saat berangkat (dan pulang) berbarengan dengan teman 1 lab yang lain lagi (Indonesia juga :D) dan halte pemberhentian kita sama jadi aku tak perlu bingung kapan aku harus memencet tombol berhenti di bus (karena aku lupa harus berhenti di mana. haha...). Kalau di Indonesia kita bisa minta stop seenaknya.
"Bang, stop di sini!!!" dan ckiiiiiiit...... angkot pun berhenti. Di jepang kita tidak boleh seperti itu, jadi setidaknya kita harus benar-benar tahu kapan tepatnya kita harus berhenti dan memencet tombol sebelum sampai ke halte tujuan.

Ting..tuung..... Temanku tadi memencet bel di dekat kursinya yang memberitahu sopir agar berhenti di halte berikutnya. Sampai di halte yang dimaksud aku mengikuti temanku turun. Ternyata dia mau ke ATM di kantor pos tempat aku akan membuka rekening bank. Toko hanko yang kutuju masih harus berjalan 3 menit-an dari kantor pos. Di situ kami berpisah. Aku melanjutkan perjalanan pagiku yang sangat dingin. Hari itu benar-benar sangat dingin. Dengan kemampuan bahasa Jepang yang hampir nihil, aku pun sampai di toko hanko dengan selamat (alhamdulillah..)

"sumimasen... hanko", kataku sambil buka pintu trus menunjukkan kuitansi. Trus si embah hanko baca kuitansinya

"so fu i ?"

"haik, sofui desu". Kemudian embahnya mulai cari-cari hanko yang dimaksud... Dan ternyata punyaku entah nlingsut entah belum dibikin atau entah bagaimana pokonya lama gitu si embah nyari tetep akhirnya ga ketemu. Dan si embah pun bilang

"Sumimasen. bla bla bla bla bla bla ashita bla bla bla bla". Dari kalimat yang panjang itu aku cuma nangkep 2 kata itu tok yang kemudian kuartikan secara semena-mena "hanko-mu belum jadi mbuh ningndi. Sesuk wae kowe bali yo nduk."

Sebenarnya aku mau ngomong "wis pak bikin aja sekarang tak tungguin. daripada aku bolak balik lagi naik bis. mana dinginnya minta ampun gini"
Tapi apadaya aku cuma bisa ngomong "aaah ashita? haik. ashita"

Saat hendak melangkah pergi si embah ngomong lagi "bla bla bla shiro bla bla bla"

Aku inget shiro artinya putih karena anjingnya Shin-chan warnanya putih. Jadi aku menyimpulkan si embah itu nanya "mau hanko yg putih atau item?"

"eee shiro shiro. ashita?" Tanyaku mencoba meyakinkan lagi, barangkali si embah kasihan trus bilang aku suruh tunggu saja. Tapi ...

"haik haik ashita mo bla bla bla", Kata si embah. Dan kemudian aku pun berlalu tanpa hanko di tangan dan rencana buka rekening hari itu terpaksa harus mundur 1 hari lagi.

Jam 11 tepat aku sudah di Lab dan jam 12 kemudian diajak teman-teman Indonesia lain isitirahat sambil hanami. Hanami itu kalau aku mengartikan adalah semacam pesta kebun. Makan bekal makan siang di bawah bunga-bunga sakura yang mekarnya cuma sepekan sampai 2 pekan saja dalam satu tahun. Tapi hari itu cuaca memang sangat dingin. Jadi salah satu keluarga membawa tenda untuk sedikit berlindung dari angin yang dinginnya menusuk tulang. Aku termasuk orang cupu yang ikut bersembunyi di balik tenda, itupun badanku masih menggigil hebat. Maklum, masih badan tropis >_<
Hanami di balik tenda

Kamis, 9 April 2015

Pagi pukul 9.15 aku sudah di JAIST shuttle menuju Tsurugi mengulangi skenario yang kemarin gagal gegara si embah lupa deadline hanko-ku. Berbeda dengan kemarin, kali ini aku cukup percaya diri memencet tombol berhenti di bus.

Begitu turun dari shuttle kupercepat langkahku menuju toko hanko.

"Ohayou gozaimasu... " Sapaku saat membuka pintu toko.

Ternyata si embah sudah menyiapkan hanko ku. Hmm... sepertinya beliau cukup merasa bersalah.

"so fu i?" Tanyanya memastikan

"Haik"

"bla bla bla bla bla" Mbahnya mulai nerocos yang langsung kubalas dengan tatapan nanar.

"errr sumimasen. Watashi... nihonggo.. wakarimasen."

"aaa.... watashi nihonggo desu..." Kemudian mbahnya mengangkat kedua tangannya, seoal-olah menunjuk dirinya sendiri kemudian ia menunjuk aku. Ah... aku paham sekarang.

"Indonesia. Watashi no Indonesia kara kimashita," 

"haa sou ka sou ka."

"ha, arigato gozaimasu..." aku pun berpamitan dan ngacir keluar.

Hari itu udara cukup hangat. Dengan santai aku mencoba jalan lain yang belum pernah kulewati sebelumnya sambil sedikit ambil foto pagi yang cerah itu.

Lagi-lagi foto yang lain ada di instagramku dengan username soupbee. Oiya ini foto hanko yang kumaksud. Tapi contoh stempelnya kurang jelas karena ga punya bantalan tintanya :D
hanko
Sesuai skenario, setelah mendapatkan hanko, aku harus ke kantor pos untuk membuka rekening JP Bank. Lagi-lagi dengan modal nihonggo yang super cetek aku masuk ke kantor Pos. Seperti ketika kita masuk ke Ind*maret, belum juga badan sepenuhnya masuk ruangan, semua petugas sudah menyapa. Aku langsung mendatangi salah satu petugas.

"I want to make a JP bank account," kataku pelan-pelan dibantu dengan isyarat tangan. Petugas nampaknya sudah cukup terbiasa menghadapi tamu asing, jadi meskipun dia tidak terlalu bisa bahasa Inggris dia bisa memahami maksud pelanggan.

"Puriis (baca:Pleaseyour passpot, hanko, health insurance, and resident card," petugas yang baik hati itu menyodorkan sebuah nampan kecil untukku meletakkan paspor, hanko, asuransi kesehatan dan resident card sementara yang keduanya kudapatkan di balai kota Senin lalu.

Kemudian petugas menyodorkan beberapa formulir yang semuanya dalam Bahasa Jepang, begitu pula aku juga mengeluarkan beberapa lembar formulir pengajuan penarikan otomatis untuk pembayaran asuransi kesehatan dan pembayaran dormitory yang kesemuanya dalam bahasa Jepang.

Ibu Petugas itu membimbingku mengisi semua formulir dengan sangat sabar. Aku bahkan harus berulangkali menuliskan nama lengkapku dalam huruf Katakana. Caraku menulis nama lengkapku dalam katakana itu seperti orang membatik. Tapi si ibu petugas sabar menungguku, kalaupun ia sebenarnya tak sabar, itu tidak nampak pada raut wajahnya :)

Akhirnya selesai sudah aku mengisi semua formulir. Ibu petugas baik hati itu kemudian menunjukkan 4 jenis gambar buku rekening dan ATM yang kumau. Ada warna hijau, black silver, model anak-anak, dan satu lagi tidak kuperhatikan. Aku pilih salah satu sambil nyengir. Ibu Petugas baik hati tertawa memaklumi. Setelah menunggu beberapa menit, jadilah buku rekeningku dengan saldo 0 Yen. Sudah bisa buka rekening tanpa modal, ga kena potongan bulanan pula. Top lah. Dan inilah buku rekeningku.
Buku rekening JP Bank plus bonus 2 pack tisu
Kata si ibu petugas baik hati, ATM nya baru akan jadi 2 pekan lagi dan akan dikirim ke kotak suratku di dormitory. Jadi aku menunggu 2 kiriman di kotak suratku. Resident card dari Tokyo dan ATM dari JP bank.

Hampir terlambat, begitu turun dari shuttle bus hari itu aku langsung berlari menuju lab. Sampai di lab, langsung ku-email bagian HRD mengabarkan bahwa hanko dan dan buku rekeningku sudah jadi. Beberapa menit kemudian Ms. Nozomi membalas dan memintaku ke HRD untuk melengkapi berkas yang kemarin kosong karena belum ada hanko dan nomor rekening.

Sore hari di tengah bertutat dengan matlab, sekitar jam lima aku merasa perlu ke toilet. aku pun keluar menuju toilet tapi syok berat mendapati toilet yang biasanya bersih waktu itu kotor. Akhirnya aku keluar lagi mencari toilet lain. Daaan... jeng jeeng... terjadi lah pertemuan yang tak disangka-sangka itu. Aku bertemu dengan 2 orang diantara Vietnamese yang pertama mengajakku kenalan di Bandara Komatsu.

"Hi sofi" sapa mereka. Mereka menanyakan mau kemana aku dan rasanya waktu itu ga oke banget kalau aku bilang kebelet pipis.

"just getting bored in my lab. then walk around." Bosen iya, sedikit. Jalan-jalan iya, nyari toilet.

"Do you want to go to the flea market?" Flea market adalah semacam kegiatan yang dilakukan beberapa mahasiswa yang menjual barang-barang bekas siswa lain yang sudah pulang ke negara masing-masing seperti , gelas-gelas, piring, kipas angin, kompor, pisau, dll dengan harga yang sangat murah. Hasil penjualan akan didonasikan. Jadi 2 kawan baru ini mengajakku ke flea market yang juga berada di lantai yang sama dengan lab-ku. Kupikir aku masih bisa menahan hasrat ke toilet, jadi kuikuti saja mereka.

Ternyata flea market yang dimaksud masih tutup. Maklum, yang  jaga juga mahasiswa yang punya kesibukan masing-masing dengan kuliah dan risetnya di labnya. Akhirnya aku mengusulkan untuk mengunjungi perpustakaan yang 24 jam x 7 hari dalam sepekan bisa dikunjungi dan dipinjami bukunya.

Puas berkeliling di perpustakaan, masing-masing dari kami memilih satu buku untuk dipinjam demi mencoba vending machine untuk meminjam buku #jebul ndeso kabeh :D

Sebelumnya aku benar-benar lupa nama salah satu dari mereka. Setelah basa basi busuk sejenak di awal pertemuan tadi tanpa malu-malu aku tanya namanya lagi. Kupaksa mereka memahami bahwa nama mereka memang susah diucapkan bagi lidah internasional *halah

Puas jalan-jalan, salah satu dari mereka balik ke dorm, dan aku juga pamit mau balik ke lab meskipun yang menjadi tujuan utama sebenarnya adalah ...... ya, toilet. Begitu berpisah dengan mereka aku langsung ngacir nyari toilet :))

Begitulah Kamis yang panjang kuhabiskan.

Jum'at, 10 April 2015

Aku mengikuti orientasi siswa baru internasional di situ aku bertemu semua Vietnamese yang kutemui di Bandara Komatsu dan 2 orang Vietnam lagi yang Senin lalu mengikuti mini orientasi bareng aku. Arrgh... jumlah siswa internasional di JAIST rangking 1 nya Cina, dan rangking 2 nya Vietnam. Indonesia? embuh. Yang jelas saat orientasi kemarin Indonesia-nya cuma seorang.

Setelah orientasi balik lagi aku ke lab, dan kata tetangga sebelah tadi sensei mencariku dan menyarankan agar aku ke ruangannya. Dengan sedikit dag dig dug kuhampiri ruangan Sensei. Saat aku datang Sensei sendang menulis email. Dia mempersilakan masuk dan menyuruhku menunggu sebentar. Ketika dia hendak menulis email lagi Sensei bilang

"Oh if you think that man and woman in one room is not good then you can invite somebody here," kemudian ia melanjutkan menulis email. Aku cuma tertawa dan tetap di kursi. Ruangannya sudah terbuka dan orang-orang bebas lewat di depan ruangan itu.

Kenapa Sensei bilang begitu?

Sensei sangat menghargai agama lain termasuk muslim apalagi sekarang ada 5 muslim dan 1 muslimah di labnya. Saat memilihkan meja untukku, tadinya aku mau ditempatkan satu ruangan berduaan dengan 1 orang Indonesia juga, tapi si Bapak yang juga seorang muslim menjelaskan tidak baik kalau laki-laki dan perempuan di dalam satu ruangan. Minimal tiga orang.
Akhirnya aku diberi meja di ruangan yang lebih ramai. 4 orang. Setelah itu ketika sensei mau memanggilku, beliau memanggil 1 lagi teman :D

Jum'at malam itu aku diundang mbak D lagi untuk bikin cake. Terakhir bikin cake dulu waktu masih SD, ngrusuhi mbak-mbak dan ibuk di rumah. Jadi penasaran pengen lihat ribetnya orang bikin cake lagi. Niatnya sih bantuin, ujung-ujungnya aku cuma bantuin megangin mixer dan makan cake nya. ahay... Jadinya serius enyak, empuk dan seriusan legitz. Bagi lidah yang hanya mengenal dua rasa, ini masuk kategori enak banget <3
Ini Rizky putranya mbak D seneng banget sama sponge cake nya.
credit foto by mbak D


~~~~~~~~~~~~~

Yah begitulah cerita nyampahku selama 6 hari ini. Semalam sudah tidak tidur demi buat postingan ini. Etapi ngomong-ngomong soal sampah aku belum buang sampah sama sekali. Ah nanti sajalah, banyak yang harus dipikirkan ew. Di sini bahkan kita harus bertanggung jawab dengan sampah kita (ada aturan-aturan tentang buang sampah). Ada plastik khusus untuk buang sampah. Yah, perlu adaptasi. Yosh...

Semoga bermanfaat ^_^

2 comments:

  1. wahh..mantabs mb So fu i..:)
    mengin-mengini ae iso study + jalan2 neng Jepun..heheheh..

    ReplyDelete
    Replies
    1. alhamdulillah nek terus dadi pengen. Ayo temen2 KRETA ikutan ke sini ;)

      Delete