Saturday, April 18, 2015

[Nyampah Online] - Bertemu Yuki dan Tahsin Multikultur

Hakusan Tedorigawa Park

Yaaaay....... Sabtuuuu....... Sabtu pagi dan aku pun merasa strong dengan belek masih di mata karena hari ini adalah week-end hari dimana semua kelesuan, kegundahan, duka dan lara disingkirkan barang sejenak.

Aaaaak tapi aku belum kasih progress T___________T 

Errr.... kecuali untuk yang itu. Yang itu tidak boleh ditinggalkan. Harus Push to the limit and give your positive progress.

Aaaaak.... tapi aku mau nyampah T__________T

Errr..... itu juga penting demi menjaga kewarasan tetap stabil. Oke. Nyampah dulu juga boleh.

YES!!!!

Kita mulai dari mana? Oh dari Sabtu pagi pekan lalu aja.
Nah, gegara nyampah Menjemput Sakura yang gondrong sehingga lahirlah postingan Menjemput Sakura II dan Menjemput Sakura III itu aku jadi tidak tidur seharian hingga sang fajar kembali mengintip.

Awal hari Sabtu lalu sebenarnya aku tak tahu mau kemana. Tapi sepertinya pada mau jalan-jalan entah kemana dengan siapa dan untuk apa. Tapi, seperti anak kecil yang masih semangat-semangatnya mengenal dunia, rasa letih lesu lemah karena semalaman tidak tidur sama sekali tidak terasa. Ini serius beneran badan masih berasa segar bugar. Entah karena udara yang segar banget atau aku-nya yang masih terlalu bersemangat, pokoknya sama sekali tak terasa.

Jam 11 tetiba mbak D WA, "Sof, turun yuk. Aku udah di depan kombini"


"OK. Siap meluncur mb," balasku secepat kilat. Waktu itu selesai posting aku langsung berberes, MCK, nyiapin bekal dan lain-lain meskipun belum tahu mau pergi beneran atau tidak. Yang penting siap dulu, jadi kalau sewaktu-waktu diajak, tinggal cuss...  Begitulah kalau orang nebeng, harus siap kapan saja menunggu instruksi si pemberi tebengan. Jadi ketika mbak D beneran mengajak aku sudah ready to go.

"Mau kemana kita mbak?" tanyaku begitu bertemu mbak D yang sedang menunggu suaminya mengambil mobil di parkiran.

"Kita mau ke Shishiku? Sama keluarganya Mas R" Jawab mbak D. Kemudian melihat mukaku yang nampak tak ada perubahan ekspresi (ya iyalah, wong belum ngerti itu tempat apaan) beliau menambahkan, "Naik gondola"

Hwaaaaaaaaaaaaah.... Gondoraaaaaa....... dan ekspresi lebay-ku kembali normal #Lebay is normal u know :D

Shishiku letaknya tak terlalu jauh dari Nomi-shi, eh atau memang masih di Nomi-shi ya ini??, ya pokoknya tidak terlalu jauh lah dari JAIST sehingga tidak membutuhkan waktu lama untuk mencapai area Shishiku.

"Alhamdulillah sampai ni.... eh tapi kok gondora nya ga jalan ya,"  Kata Pak Hasan (suami mbak D) sesampainya kita di parkiran Shishiku Park.


Parkir Shishi Park. Tiang track gondolanya serius miring banget gitu
"Oiya ya. kok ga ada yang lewat gondolanya?" tambah mbak D.

"Mama, gondoranya ga jalam kenaaapa?" Risky ikut-ikutanya tanya pada Mbak D.

Whats!!! Euforia kebahagiaanku karena mau naik gondola pertama kali serasa padam begitu saja.

"Atau kita ke museum aja? Kata Teh Yayu ada museum dekat sini."

"Iya gapapa mbak ke museum mana aja juga boleh," timpalku pasrah. Toh, seperti yang pernah aku tulis di postingan sebelumnya, aku juga suka museum.

Tapi hari itu sesungguhnya obyek yang mau diajak jalan-jalan bukan aku melainkan keluarganya Pak R (tutorku) dari Indonesia yang beberapa hari ini sedang liburan ke Jepang. Jadi kita tidak bisa semena-mena merubah rencana.

Kemudian Pak H yang paling baik Nihongo-nya diantara kami berinisiatif menanyakan kepada petugas perihal ke-alpha-an para gondola. Sekembalinya dari pos penjaga Pak H men-forward informasi kepada kami bahwasanya memang ada sedikit masalah yang belum diketahui dan sekarang masih di-cek. Katanya ga bisanya baru saja, tadi pagi masih bisa.

hmmm... kalau begitu kita tunggu saja sebentar siapa tahu bentar lagi bisa.

Setelah beberapa menit menunggu dan kami mulai kedinginan (apalagi aku), tampak dari pos penjaga ada mbak-mbak petugas berlari-lari kecil menuju showa dan marwa menghampiri kami. Lebih tepatnya menghampiri Pak H dan bla bla bla ngomong pakai Bahasa Jepang.

"Bisa bisa. Gondoranya udah bisa katanya. Saya jemput Mas R dan lainnya dulu ya," kata pak H. Sebagian keluarganya Pak R memang masih di meeting point tak jauh dari TKP.

Selama menunggu tadi, baik menunggu informasi tentang nasib gondola yang tadi belum jelas dan menunggu Pak H menjemput sebagian keluarga Pak R, aku menghabiskan waktu dengan jalan-jalan di museum shishiku (di luarnya aja tapi) dan foto-foto di lingkungan sekitar. Masih ada beberapa sakura yang oke meskipun sebagian besar sudah mulai menghijau.
museum of shishi world


di depan museum of shishi
Pemandangan pegunungan Hakusan dari Museum of Shishi

Box Telephone di parkir Shishi Park




Jalan keluar dari parkir Shishiku Park

Memang selalu ada hal-hal positif yang bisa dilakukan selama masa penantian. InsyaaAlloh  >3<

Tiket Gondola naik dan turun
Beberapa waktu kemudian personel sudah lengkap dan kita sudah di depan loket. Untuk naik gondola naik dan turun 1 tiket dewasa kalau tidak salah 1.100 yen atau sekitar Rp120.000,00 dengan kurs 1 yen = Rp110.

"Emang ada gitu yang beli tiket naiknya doang? Turunya gimana dong?" tanyaku pada siapa aja yang bisa menjawab.

"Ya ada, naiknya pake gondola turunnya pake paralayang. Kan di atas ada area paralayang kalau cerah." Jawab Pak H.

Hmm oke. Berati aku harus menyiapkan uang untuk beli tiket. Belum jadi aku mengeluarkan dompet, ternyata Mbak D punya 6 Free tiket dan aku dikasih satu. Alhamdulillah... save #jempol.

Ini ada video amatir dan alakadarnya waktu naik gondoraa...
Hakusan Mount Gondola Naik 20150411


eh iya, btw ini aku ga typo lho nulis gondora pake R. Orang jepang susah ngomong L, jadi bukannya gondola tapi mereka bilang gondora. 

Seperti yang dilihat di video yang GeJe itu, tampak masih ada sisa-sisa yuki atau salju di beberapa titik. Daaan benar saja, sampai di atas seharusnya kita mendapati taman yang luas bahkan jika cerah akan nampak ada area paralayang dan prosotan untuk segala umur diatas padang rumput sintetis.
Akan tetapi harapan itu musnah tatkala kami mendapati kabut tebal menyelimuti koen atau taman. Tadinya dari pos gondola tidak ada yang berani turun ke taman karena jarak pandang yang hanya beberapa meter. Tapi aku nekat turun demi bertemu yuki yang konon kalau di Indonesia cuma ada di puncak Gunung Jaya Wijaya. Melihatku turun, adiknya Pak R yang sedang liburan ke Jepang itu ikutan turun diikuti Papanya. Jadilah manusia-manusia tropis turun mempertaruhkan nyawa demi memenuhi hasrat menginjak 'es serut'.

Saat sedang asik menikmati dinginnya kabut dan salju sisa-sisa, tanpa sadar ternyata aku telah berdiri atas kolam kecil yang sudah tertutup es beku dan ndilalah aku menginjak bagian yang rapuh. Maka sudah bisa ditebak kemudian, dengan cara yang sama sekali tidak anggun, kaki kananku terjeblos ke kolam. Praktis sepatu ketsku yang sudah dari sononya tidak didesain untuk salju semakin basah. dingin? jujur saja, tidak terlalu ada bedanya karena semua badanku rasanya sudah dingin bahkan telapak tanganku mulai perih saking dinginnya, jadi tambahan dingin di kaki tidak terasa lagi.


Ini juga ada video beberapa detik sekedar share suasan waktu itu.
Hakusan Mount Snow at the park 20150411


Puas berjalana-jalan, manusia-manusia tropis tadi kembali masuk ke dalam pos untuk sholat dhuhur dan makan bekal masing-masing. Jadi ga di Indonesia ga di Jepang, kalau pergi-pergi keluarga sukanya rempong bawa-bawa bekal yang umumnya didasari alasan penyelematan anggaran belanja keluarga. Aku juga sih, bawa bekal demi keamanan jiwa raga dan tabungan :D

Selesai makan kami pun turun gunung lagi naik gondola. Lagi-lagi dengan media dan skill alakadarnya aku rekam perjalan turun kami naik gondola Hakusan Mount Gondola Turun 20150411

Karena mobil Pak H belum bisa menampung semua pasukan manusia-manusia tropis tadi, maka seperti berangkatnya tadi, Pak H bolak balik mengantarkan pasukan kembali ke meeting point. Aku, mbak D dan Risky ikut rombongan kedua. Jadi saat Pak H mengantar rombongan pertama, kami eksplorasi lingkungan lagi dan eksplorasi kami berhenti setelah menemukan kali atau sungai yang jernih dan indah. Namun sayang skill pengambilan fotoku sangat minim sehingga hasil fotonya jauh tak seindah aslinya. Ada 1 yang agak oke tp ada aku-nya yang ga oke dan merusak view. Jadi ga jadi diupload. ahahaa... sebagai gantinya ini foto pinggir sungainya aja.

Risky dan Mamanya di pinggir sungai nunggu jemputan.


Beberapa waktu kemudian Pak H sudah kembali ke Shishi Park menjemput rombongan kedua. Dan tak sampai 30 menit kemudian kami sudah sampai di JAIST.

Ketika melewati area dormitory gedung 2 dan 3 aku dan mbak D turun untuk langsung ikut tahsin di meeting room yang letaknya diantara dormitory gedung 2 dan 3. Menurut wikipedia, tahsin adalah kata dari bahasa arab yang berati memperbaiki, meningkatkan atau memperkaya. Dalam hal ini kita memperbaiki, meningkatkan dan atau memperkaya cara bacaan Al-Qur'an kita sesuai dengan makhrajul huruf yang benar seperti yang telah dicontohkan Rasulullah dan para sahabat.

Ini pertama kalinya aku ikut tahsin setelah sekian tahun mogok tahsin #ups 
Di sini pula untuk pertama kalinya aku bertemu dengan sister sister dari negara lain seperti Mesir, Pakistan, Bangladesh dan Malaysia. Tiga diantara mereka berdacar kalau di luar. Jadi selama tahsin ini aku tidak mengambil gambar sama sekali. Ya iya lah.. emangnya mau tahsin apa foto-foto -,-

Hari itu tahsinnya memang untuk sister sister dan anak-anak saja. Tahsin brother brother juga ada kayaknya di hari lain entah kapan. Saat itu aku belum masuk milist JMC (JAIST Moslem Community) jadi belum tahu jadwal-jadwal kegiatan-kegiatannya.

"Sister, where are you from? Malaysia?," tanya sister dari Pakistan yang juga sebagai guru tahsin di sini. Duh, lagi-lagi aku melupakan nama meskipun berkali-kali diingatkan. Seharusnya nama-nama timur tengah jauh lebih mudah diingat dibandingkan nama teman-teman Vietnam kemarin secara nama-nama arab lazim dipakai di Indonesia. Tapi mungkin memang akunya yang pah poh soal ingat mengingat nama, jadilah sampai tulisan ini dibuat aku belum bisa mengingat namanya.

"I'm from Indonesia sister. This is my first time. You can call me Shofi"

"Oh, you can sit beside me, sister," Kata sister-guru-tahsin-dari-Pakistan itu. Aku pun duduk di samping beliau dan berbagi buku tahsin dengannya. Tahsin yang unik, pengantarnya Bahasa Inggris, buku pegangannya Bahasa Jepang, yang diajarkan Bahasa Arab dan pesertanya multicountry yang otomatis multikultural :D

Selesai tahsin kami pun sholat Ashar. Nah di sini saya merasa bingung. Entah karena perbedaan mahdzab atau karena apa kami sholat tidak berjamaah kecuali beberapa orang Indonesia termasuk aku. Aku berjamaah dengan 2 orang Indonesia lain. Aku lihat sekilas tidak ada perbedaan cara sholatnya tapi memang ada ada beberapa yang perbedaan pemahaman seperti ada yang sholat krudung (atau lebih lazim kusebut selendang) yang dipakai tipis dan rambutnya kelihatan. Kakinya juga tidak ditutup. Ada juga yang sholat pakai niqab tapi kakinya kelihatan. Padahal menurut ilmu fiqh sholat yang kudapat yang termasuk aurat itu kaki bukannya wajah. Bahkan pernah dengar juga kalau lagi sholat wajah tidak boleh ditutup.

Begitulah, akhirnya kami selesai sholat Ashar dengan tidak berjamaah (padahal kalau di bapak-bapak jamaahnya sepertinya cuman satu lho) kemudian dilanjutkan forum dilanjutkan dengan beberapa nasihat dari sister-guru-tahsin-dari-Pakistan tentang adab di kamar mandi, adab tidur, dan beberapa nasihat lain.

Selesai dengan nasihat-nasihatnya, sister-guru-tahsin-dari-Pakistan izin tidak bisa mengajar selama beberapa pekan ke depan karena pekan depan suaminya ada tugas dakwah dan pekan berikutnya putrinya yang juga mengajar tahsin untuk anak-anak akan menikah di Pakistan sehingga tahsin berikutnya baru dimulai lagi pertengahan bulan Mei. Yaah sayang sekali.... tapi alhamdulillah setidaknya aku masih bisa mengikuti tahsin sekali sebelum libur panjang ini.

Pukul 17.30 forum ditutup dan satu per satu kami pulang ke dormitory masing-masing. Saat itu untuk kedua kalinya aku ketemu dengan Teh Yayu, istri Pak Khoirul Anwar dan ngobrol beberapa hal. Waktu aku juga cerita kalau aku belum tidur semalaman sampai sore itu. Teh Yayu kaget dan segera menyuruhku pulang  tidur.

"Tapi anehnya, saya masih merasa segar bugar Teh," kataku mengungkapkan keherananku. Aku heran semalam ga tidur dan siangnya aktifitas full tapi sama sekali tak ada ra lelah dan letih. Tapi Teh Yayu tetap memaksa harus tidur.

Beberapa hari kemudian di kesempatan yang berbeda bertemu dengan Pak R, The Tutor, beliau bercerita tentang beberapa orang yang gagal di lab kami. Diantaranya beliau bercerita ada yang meninggal karena berhari-hari tidak tidur sampai tubuhnya berhenti bekerja.

Eng ing eeng...... mungkin itu lah mengapa kemarin Teh Yayu memaksaku segera tidur meskipun akhirnya aku tetap tidur jam 10 malam dan esoknya bangunnya seperti biasa.

bersambung....... <klik di sini>













No comments:

Post a Comment