Oke, tapi aku ga mau cerita soal ujian dan membuang sampah-sampah alias mengeluh (soalnya udah punya 'tempat sampah' sendiri. wkwkwk). Jadi, mari kita ambil sisi positifnya. Bahasa kerennya, mari kita ambil hikmahnya dari kesibukan ini.
Sadar akan kelemahan diri di bidang akademik terutama matematika dan kesulitan untuk belajar sendiri, mau ga mau akhirnya harus cari partner belajar yang bisa ngajarin. Term sebelumnya karena belum punya teman dan terlalu cemen untuk SKSD (sok kenal sok dekat) akhirnya aku harus belajar sendiri dan akhirnya gagal (tapi gapapa, yang penting udah usaha *menghibur diri lah). Jadi term ini kubuanglah rasa malu yang bikin cemen itu. Misi SKSD pun dijalankan. Dan alhamdulillah ternyata mereka memang baik-baik. Ternyata selama ini mereka juga pengen temenan sama orang aneh ini (atau akunya yang ke-PD-an? haha).
Jadilah hampir tiap malam aku kencan dengan orang-orang yang berbeda sesuai dengan mata kuliah yang dipelajari. Semakin banyak berinteraksi dengan orang-orang dari berbagai negara itu, semakin banyak hal menarik yang kudapat. Beberapa dari hal menarik itu ada yang cukup membuatku tertohok dan memberi sedikit (mungkin juga banyak) perubahan diri.
Pada suatu malam setelah belajar Sytem Optimization di ruang diskusi di perpustakaan, kami terlibat perbincangan asyik tentang Bahasa Jepang. Jadi System Optimization ini adalah mata kuliah yang pengantarnya Bahasa Jepang. Aku nekat ambil mata kuliah ini walaupun ga ngerti Bahasa Jepang demi degree completion (ah ceritanya panjang nanti kalau bicara tentang sejarah kenapa aku berani ambil matkul ini). Nah, si anak yang kuminta untuk ngajarin ini bule Eropa yang doyan banget sama Bahasa Jepang dan hobi banget ambil mata kuliah yang pengantarnya Bahasa Jepang. Dan dia pinter matematika (kayaknya). Jadi pas lah aku belajar sama dia.