Thursday, April 4, 2013

No Title

-->Dua malam yang lalu iseng-iseng buka buku agenda tebel warna item yang mulai kuisi sejak tahun 2004. Isinya macem-macem gak jelas. Ada biodata teman-teman SMP, ada buku catatan sekolah, ada catatan ringkasan buku-buku yang pernah kubaca, dan lain-lain dan lain-lain.

Daaaaan...... Pas buka halaman dari belakang tiba-tiba jeng jeng jeeeeeng......... nemu cerita yang kubikin saat SMA. Alay banget bahasane dan ga jelas pula ceritanya. Ga selesai lagi. Dan kalau mau diterusin sekarang, aku lupa dulu niatnya ceritanya tentang apa. Hahaaa... Tapi coba ah, buat kenang-kenangan tak post di sini :D

Karena memang belum ada judul, jadi ceritanya aku kasih judul No Title #hohoo...

No Title
 
Malam itu bukan malam biasa. Tidak tahu kenapa, tapi itulah yang saat ini dirasakan Amma. Rasanya aneh saja. Malas ngapa-ngapain. Pengennya cuma tidur, tapi belum ngantuk dan pantang bagi Amma tidur kalau belum ngantuk.

Dibukanya buku Matematika. Besok ulangan. Tapi input matematika ga masuk ke bak data yang konon bila benar-benar dimanfaatkan dapat menyimpan memori sebanyak 500 ensiklopedia. Namun tampaknya menggali manfaat dari sebentuk daging atau apalah namanya itu—pokoknya namanya otak—memang susah, apalagi bagi remaja bernama lengkap Ammatilah Rufaida yang sedang tidak mood itu.

Sempat terpikir dalam benak Amma mungkin ini syndrome malas akibat tekanan batin bernama 'hwaduh besok ulangan!!! Oh NO!!'. Tapi tidak. Biasanya kalau ia kena sindrom itu dia dia pasti langsung ngantuk begitu membuka buku untuk belajar dan tidur begitu saja tak peduli apakah itu baru jam setengan 8 (wajarnya ia tidur di atas jam 10 atau 11 malam).

Diliriknya jam dinding gambar ka'bah oleh-oleh eyang dari haji. Ga peduli asli tanah arab atau cuma imitasi yang dibeli di pasar oleh-oleh haji, yang penting bagi Amma benda itu sudah banyak memberinya manfaat.

Jarum pendek hampir di angka sepuluh, jarum panjang di angka 9. Yup, seperti anak yang baru belajar membaca jam, “Pukul sepuluh kurang seperempat,” desisnya. Ada senyum kekecewaan di ujung bibirnya saat ia memandangi jam itu. Ada sekelebat kenangan masa lalu yang samar-samar muncul. Yang jelas bukan kenangan dengan eyang putri atau kakungnya, tapu memori yang lain yang terasa akrab namun sekali lagi apa itu, ia belum tahu pasti.

Astaghfirullahaladzim,” ucapnya sambil menggeleng memaksa diri bangun dari lamunan. Malam ini benar-benar aneh, atau lebih tepatnya perasaannya yang aneh.

Dinyalakannya radio dan memilih saluran MQ FM karena hanya itu lah saluran islami yang tertangkap radionya.

Kembali diliriknya buku cetak matematikanya. Kali ini moodnya benar-benar hilang. Bahkan setitik niat pun tak ada untuk belajar. Maka ditutupnya bukunya dan bingung lah ia mau ngapain. “Aha! Baca Qur'an!” “ Ah tapi males banget nih!!” Tadi pagi kan udah baca terjemahan surat Al-Jasiyah walaupun saat ini lupa apa makna terdalamnya. Begitulah batin remaja putri kelas XI IPA 1 di SMA yang lumayan favorit di Solo, tepatnya SMA N 4 Surakarta, itu terus berdebat dengan kata hatinya satu sama lain.

Sedikit gelisah, tiba-tiba matanya menangkap sekardus kecil di lemari buku yang memang terbiasa terbuka meski sebenarnya ada tutupnya. Cling! Langsung saja hatinya mendorong si otak memberi perintah kepada kaki untuk berjalan ke lemari dan tangannya mengambil dan membuka kotaknya.

Kotak kado sederhana yang cukup berdebu. Meski tempat kotak tersebut sangat strategis dilihat mata, namun Amma jarang memperhatikannya dan tidak berniat membuka karena ia tahu hanya barang rongsokan—sisa mainannya saat SD—yang ia dapatkan jika ia membuka kotak itu.

Oh... aha! Ada apa ini? Kok aku baru menyadarinya sih?”

Dan memang benar saja, hanya barang rongsokan yang ia dapat di kotak 30 x 20 cm itu. 1 penggaris Hello Kitty pink 10 cm oleh-oleh Pakdhe Ha, kakak tertua ayah, 1 buku gambar waktu kelas 5 SD, sempoa kayu bekas les waktu kelas 4 SD, dan barang-barang lain. Tapi ada satu buku bersampul biru dan itulah yang menarik perhatiannya saat ini.

***

Sementara itu di kamar sebelah, tertidur pulas, setelah perjalanan jauh, seorang remaja pula tapi lebih tua 4 tahun dan ialah calon pemimpin keluarganya sendiri kelak. Napasnya yang teratur mengiringi kedamaian yang menyelimutinya saat ini. Kedamaian atau lebih tepat suatu kelegaan tampak dari paras wajahnya yang tidak buruk itu.

Alwi Albiruni tengah berenang dalam dunia mimpi. Mimpi yang indah dan kehangatan Ayah dan Ibu begitu nyaman dan sejuk.

***

(Al-Muzzamil)

Tangan berjari panjang itu meraba-raba di lantai. Setelah beberapa kali hanya dapat menangkap angin, akhirnya tangan itu sampai juga pada handphone yang sedang menderingkan surat Al-Muzammil.

GLUDUK!! BRAK!!

Aduh!” pekik Alwi pelan sambil memegangi bibrnya yang terantuk mencium pinggiran meja jati.

HP sudah di tangan. Jam 2 a.m. Itu berarti ia baru sekitar 2 jam tidur. Tapi sudah jadi kebiasaan dia sholat tahajud jam berapa pun ia tidur jam 2 pasti bangun.


Oke, cukup itu dulu. Jangan tanya maksud ceritanya apa. Soalnya aku juga ga tahu. hehee ^_^

2 comments:

  1. bagus... ditunggu seri selanjutnya, tapi bahasa lebih dibuat simpel ya, keren pkok e, ;)

    ReplyDelete