Gegara mbak-PM-yang-katanya-mau-nyusul-suaminya posting tentang cinta, aku jadi pengen nulis tentang kisah seorang wanita yang kita sebut saja namanya Mawar. Kok Mawar terus to? Lho ya ga pa pa. Kan suka-suka :P
Well, begini ceritanya
SMP
"Mawar, kamu punyai doi?," tiba-tiba seorang kawan yang sama-sama masih ingusan melontarkan pertanyaan aneh kepada Mawar.
"Do'i?" tanya Mawar bingung. Waktu itu Mawar baru beberapa bulan mengganti langganan majalah Bobo-nya dengan tabloid remaja. Secaraaa sudah masuk SMP gitu, masak iya baca Bobo terus. Ada rasa pengen cepet dewasa ketika masuk SMP. Orang tuanya pun menyetujui meng-upgrade bacaan untuk buah hatinya. Gara-gara tabloid itu, Mawar merasa sudah menjadi anak paling gaul sekampung. Tapi nampaknya menjadi 'gaul' itu hanya di dalam angan Mawar saja. Terbukti ia masih terbengong-bengong mendapat pertanyaan itu. Berdasarkan informasi di tabloid remaja yang dibacanya, do'i itu semacam sinonim dari kata ganti dia. Lah terus, apa maksud pertanyaan tadi? Masak iya temannya tanya apa Mawar sudah punya 'dia'? Ini Mawar yang gagal paham atau kawannya yang salah dalam pengambilan diksi? Misteri.
"Iya.. do'i. Maksudnya pacar"
eee? paaacaaar??....makanan apa itu? #ngelapingus
Meskipun Mawar sudah merasa sangat gaul, tapi kata 'pacaran' masih sangat tabu di pikiran anak yang belum lama meninggalkan bangku SD itu. Maka sampai di rumah dia langsung heboh cerita kepada ibunya menceritakana kalau teman-temannya, beberapa orang, sudah punya pacar. Mawar bercerita kepada ibunya bukan karena pengen, tapi saking herannya. Mungkin itu yang disebut culture shock fase 1.
Sejak saat itu Mawar jadi punya ilmu baru. Pacaran. Ia pun mulai mengamati teman-temannya yang pacaran. Tidak ada yang menarik, masih terlalu kecil. Pikirnya waktu itu, ketika masih kecil (lebih kecil dari anak SMP maksudnya) kita selalu di bawah kontrol orang tua, trus nanti kalau sudah menikah, harus nurut sama suami. Makanya Mawar berniat tidak mau menyia-nyiakan masa mudanya mengikatkan diri pada siapa pun. Banyak hal lain yang lebih menarik yang ingin ia cicip. Hal-hal berbau 'kebebasan'..... Entah kebebasan apa yang dia maksud karena yang dia lakukan adalah main sepuasnya, gaya-gayaan naik motor ke sana kemari, dan mulai baca novel. Berawal dari 'serial cantik',
SMA
Mawar terlalu sibuk menikmati masa SMA nya bersama teman-teman. Main bareng, belajar bareng, makan bareng, ketawa bareng, berantem bareng, rapat sana rapat sini, liqo, ngaji di sana ngaji di sini, mabit sana mabit sini (tukang nginep maksudnya), ........ ah masa muda yang indah. Tanpa terasa masa 3 tahun pun hampir berlalu tanpa gejolak berarti.
Mulai Kuliah ++
Waktu kuliah pun Mawar masih sangat asyik dengan dunianya dengan teman-teman dan kesibukannya. Namun di awal kuliah ini ada satu makhluk yang entah mengapa kadang mengganggu mimpi indahnya. Awalnya ia tidak menyadari gangguan itu. Namun lama-lama ia mengenalinya, ternyata memang ada yang berbeda. Akhirnya ia berusaha menjaga (atau berusaha mengabaikan) rasa itu hingga kurang lebih 6 tahun lamanya terhitung sejak pertama ia bertemu dengan bayangan makhluk itu muncul hingga akhirnya ia menghilang dengan sendirinya karena suatu sebab.
Mawar bersyukur akhirnya merasa bebas dari bayangan itu. Untuk sementara Mawar bisa berkerja dengan tenang hingga ketenangan itu sampai pada titik bosan. Hingga bosan itu sudah bosan dengan bosannya sendiri sampai akhirnya Mawar menemukan gairah baru. Menjemput mimpi yang telah lama ia tunggu.
Kuliah Lagi
Setelah lepas dari bayangan itu bukannya makin terjaga tapi malah semakin jelalatan. Tempat kuliah yang baru sungguh terlalu banyak godaan mata. Dari Asia, Timur Tengah, sampai bule barat sekalipun nampak selalu saja ada yang terlalu indah untuk diabaikan. Sampai-sampai partner in crime Mawar berkali-kali menyebutnya "mata kranjang", "murahan", dan sejurus istilah hina lainnya yang kalau itu orang lain yang bilang (bukan teman dekat maksudnya) pasti langsung ditendangnya.
Mati-matian (lebay nih kata-katanya) Mawar berusaha mengontrol pandangan matanya. Tapi selaluuuu ada saja godaannya. Bagi Mawar terlalu banyak wajah-wajah artis bertebaran hingga rasanya kalau ketemu artis beneran bakalan susah bedain.
Hingga pada suatu hari, tepatnya pada malam sebelum ujian mid, mawar mengenal bocah besar itu. Iya bocah.. karena ia lebih muda dari Mawar. Awalnya karena kepentok butuh 'tentor' bantuin belajar bahan ujian, dengan mudahnya si Mawar jatuh simpati (belum sampai jatuh hati sih) pada si bocah tersebab kecerdasan dan 'keunikan'nya. Ya, si bocah ternyata cukup asyik bagi Mawar dan nampaknya Mawar pun sadar rasa itu mulai bertumbuh. Namun belum juga terjadi apa-apa, belum juga sempat dekat, si bocah harus sudah kembali ke negaranya, di belahan bumi benua biru sana. Baiklah... mungkin belum jodoh.
Dan Petualangan pun dimulai
Mawar pun kembali ke rutinitas
(bersambung....)
Well, aku pun belum tahu apa yang akan terjadi pada Mawar. Masa depan memang misteri. Hanya Allah yang tahu. Mari kita doakan tokoh kita ini segera bertemu nasib baiknya ;)