Jujur saja sebelum ke Jepang aku tidak terlalu memperhatikan detail komposisi suatu produk baik makanan, kosmetik bahkan sabun mandi, dll. Mungkin karena tinggal di negara yang mayoritas penduduknya adalah Muslim (meskipun bukan di negera Islam), sudah merasa aman sehingga tak perlu
nge-check detail komposisi. Padahal kalau dipikir-pikir ya, produk-produk kecantikan dan makanan-makanan instan itu tidak semua diproduksi oleh muslim yang sangat paham kaidah halal haram. Halal haram ini kaitannya tidak hanya pada bahan-bahan yang digunakan langsung tetapi proses dan material yang digunakan pun mempengaruhi status halal/haram produk tersebut. Terkait halal-haram ini aku pernah posting juga
di sini.
Untuk produk roti-rotian misalnya, selain bahan-bahan yang jelas haram seperti
rum, gliserin (perlu dicek dulu terbuat dari apa, tak jarang gliserin berasal dari lemak babi), shortening, dll, kuas yang digunakan untuk mengoles permukaan roti juga harus dicek. Kuas yang dipakai bisa sintesis bisa dari rambut hewan. Tim sertifikasi Halal MUI biasanya akan mengecek sampai detail-detail itu (mungkin karena banyak item yang harus dicek, sertifikasi MUI jadi mahal kali ya).
Itu baru contoh roti-rotian, hal yang sama juga perlu dicek pada produk lain termasuk produk kosmetik dan perawatan kulit. Awal-awal di Jepang perasaan 'aman' tadi seketika berubah jadi 'waspada'. Mulailah belajar mengecek setiap detail komposisi. Beberapa list produk yang sudah dicek saudara-saudara muslim kita di jepang bisa dilihat di facebokk
Serijaya Indonesia.